Tesis ini mendalami korelasi antara ruang kudus gereja Katolik dengan religiositas umat, utamanya ruang kudus gereja Katolik Yesus Gembala yang Baik, Ubung (YGYB) dan religiositas umat Paroki Santo Yoseph, Denpasar. Ruang kudus gereja ini adalah perpaduan antara tata ruang dalam budaya Bali dan tata ruang dalam gereja Katolik. Penulis meneliti bagaimana ruang kudus ini mampu meningkatkan hidup rohani umat dan apakah bangunan gereja dengan model kesakralan tata ruang Bali ini menjawab kebutuhan umat yang multietnis di Paroki Santo Yoseph Denpasar. Yang dimaksudkan dengan ruang kudus ialah keseluruhan ruang gereja Katolik. Sedangkan religiositas lebih mengarah pada hidup rohani umat. Menurut Mircea Eliade, ruang itu disebut kudus karena terjadi peristiwa hierofani di ruang itu, di mana di sana ada tanda-tanda dan penyucian tempat. Hal ini juga diyakini oleh umat Katolik Paroki St. Yoseph, Denpasar bahwa gereja YGYB disebut kudus karena Tuhan hadir di sana. Umat percaya bahwa ruang kudus gereja memiliki simbol-simbol sakral dan hirarki ruang yang sudah diberkati oleh otoritas yang berwenang. Salah satu simbol sakral yang menjadi keunikan dari gereja ini ialah simbol gunung. Dengan simbol-simbol ini, umat diajak naik ke tempat yang tinggi sebagaimana umat Israel pergi dan berjumpa dengan-Nya di Gunung Tuhan.