Record Detail
Advanced SearchSkripsi
Peran Gereja Katolik Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian (Tinjauan kontekstual ASG berdasarkan Pacem In Terris Artikel 146-153)
Gereja pada dasarnya tidak terlepas dari apa yang disebut dengan damai. Hal ini didasarkan pada amanat Yesus sendiri kepada para murid-Nya agar selalu menjadi pembawa damai bagi sesamanya dan dunia. Gereja sebagai kumpulan murid-murid Kristus yang taat dan setia kepada-Nya tinggal dalam dunia. Maka sudah selayaknya Gereja mengamalkan amanat Sang Guru untuk menjadi pembawa damai. Menjadi pembawa damai dengan demikian adalah tugas yang sangat penting dan mendesak bagi Gereja. Pendek kata, ketika gereja mengamalkan perdamaian maka ketika itu pula Gereja mewujudnyatakan apa yang menjadi jati dirinya, yakni cinta kasih. Dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia, permasalahan tentang kehidupan bermasyarakat yang damai dan tenteram kian mendesak. Dikatakan mendesak karena sekalipun amanat perdamaian selalu dikumandangkan namun kenyataan yang terjadi di lapangan malah sebaliknya. Dalam realitas kehidupan berbangsa, selalu saja terjadi kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, penculikan, perdagangan manusia, ketidakadilan, perampasan dan penindasan hak-hak manusia, perendahan martabat pribadi manusia dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain, apa yang disebut dengan kedamaian itu begitu sulit ditemukan. Menilik realitas yang miris ini, maka Gereja sebagai bagian integral dari negara Indonesia dipanggil untuk mengamalkan amanat perdamaian yang diwujudnyatakan dengan tindakan yang tidak hanya menghayati nilai kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila dan UUD melainkan juga merealisasikannya dengan tindakan nyata yang berdasarkan semangat kristiani yakni cinta kasih. Memang, perbuatan yang didasarkan pada cinta kasih hendaknya menjadi keutamaan. Dan keutamaan akan perdamaian mestinya menjadi harapan dan cita-cita segenap warga masyarakat Indonesia termasuk Gereja Katolik Indonesia. Dalam kehidupan berbangsa, panggilan Gereja untuk semakin mengakarkan diri dalam masyarakat mesti diaktualisasikan sehingga keehadiran gereja sungguh memberikan kontribusi bagi daya ubah dan daya guna demi kesejahteraan dan perdamaian bangsa. Sebagai warga minoritas, Gereja katolik Indonesia hendaknya menjadi pelaku utama dalam mengamalkan perdamaian dengan menjadi komunitas yang kontras. Maksudnya Gereja harus membela perdamaian dan harkat dan martabat pribadi manusia apabila situasi zaman memaklumkan perendahan kemanusiaan manusia. Gereja harus menjadi pelopor keadilan apabila ketidakadilan semakin permisif dan membudaya. Dengan menjadi komunitas kontras, maka pemakluman kabar sukacita Injil semakin aktual dan kontekstual dan karenanya perdamaian akan dirasakan oleh seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali, tanpa ditindas hak-haknya, dan tanpa dipaksa kebebasanya. Ketika hal itu yang terjadi, maka apa yang disebut dengan damai-kedamaian-perdamaian akan meraja.
Availability
14.041 | 261.8 Doi p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
261.8 Doi p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2018 |
Collation |
ix + 60hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
261.8
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available