Record Detail
Advanced SearchText
Hidup Harian sebagai Primus Locus Penghayatan Hidup Menjadi Kudus: Spiritualitas Hidup Kaum Beriman Kristiani Menurut Lumen Gentium 39-42
Panggilan menjadi kudus merupakan panggilan pokok dan fundamental yang ditanamkan oleh Allah kepada setiap manusia. Ia mengatakan, 'Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus' (Im 11:44). Para Nabi diutus oleh Allah untuk mengingatkan dan memanggil manusia agar berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah untuk hidup di dalam kesucian. Hal itu mencapai puncaknya di dalam diri Allah Putra yang menjelma menjadi manusia yakni Yesus dari Nazaret. Ia menegaskan, Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di Surga adalah sempurna (Mat.5:48). Sejarah manusia menunjukkan betapa sulitnya menghayati kekudusan di dalam hidup sehari-hari. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membidani lahirnya rangkaian revolusi industri menggiring manusia untuk menjauh dari Allah. Revolusi Industri 4.0 yang menjadi motor penggerak dinamika hidup saat ini menampilkan dan menawarkan kemandirian hidup bagi manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalani hidup sehari-hari. Allah dan segala dimensi spiritual hidup perlahan-lahan disingkirkan dari penghayatan hidup harian. Manusia melupakan panggilan hidup mereka yang utama dan pokok. pergeseran pemaknaan dan penghayatan hidup sehari-hari mengalami perubahan dari perjumpaan dengan Tuhan kepada penghayatan hidup secara banal dan tanpa kedalaman. Kesucian hidup dipinggirkan dan tidak lagi dihayati secara sungguh-sungguh. Tesis ini memberikan fokus pada pembahasan tentang hidup harian sebagai primus locus penghayatan kekudusan hidup kaum beriman Kristiani menurut Lumen Gentium 39-42. Penulis menggunakan studi kepustakaan sebagai metodologi pembahasannya. Berdasarkan uraian itu, penulis menemukan bahwa hidup harian menjadi primus locus penghayatan kesucian hidup bagi setiap orang beriman Kristiani apa pun status hidup mereka di dalam Gereja. Kesucian itu dihayati oleh Gereja yang menampakkan semangat Kristus yang diterima dalam iman. Anggota Gereja mengembangkan dan menyempurnakan diri dengan menjalankan pekerjaan sehari-hari, yang hampir bagi setiap orang berarti usaha-usaha untuk hidup fana ini. Penulis merekomendasikan agar setiap aktivitas pastoral Gereja mengarahkan setiap umat untuk menjadikan hidup harian sebagai panggung pementasan drama kekudusan hidup. Dengan demikian, wajah kekudusan Gereja akan tetap lestari sepanjang zaman dan menjadikan Gereja tetap menarik bagi setiap dan semua manusia.
Availability
19.01003 | 248.4 Edi h | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
248.4 Edi h
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2021 |
Collation |
xii +168hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
248.4
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available