Salah satu ciri khas dari manusia pada zaman modern ini adalah melihat segala sesuatunya dengan mengandalkan rasionalitas belaka. Hal ini tampak dalam diri seseorang yang seringkali memakai formula sebab-akibat dan perhitungan untung rugi. Bahkan dalam hal memberi juga manusia sering menggunakan perhitungan untung rugi. Maka, tidak mengherankan jika manusia di zaman modern ini menjadi tidak lagi familiar dengan istilah memberi. Memberi menjadi sesuatu yang asing. Cerita Persembahan Janda Miskin (Luk 21:1-4) ini mau menggambarkan tindakan orang-orang kaya yang memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan dan tindakan seorang janda miskin yang juga memasukkan dua peser ke dalam peti tersebut. Yesus menanggapi tindakan orang-orang kaya dan janda miskin ini dalam pengajaran-Nya kepada para murid. Ia mengatakan kepada para murid bahwa sesungguhnya seorang janda miskin tersebut memberi lebih banyak dari pada orang-orang kaya. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, sedangkan janda miskin itu justru memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya. Dengan kata lain, ia berani memberikan hidupnya bagi orang lain. Sebab apa yang ia berikan adalah penyambung hidupnya sendiri. Dari perbandingan Luk 21:1-4 dengan teks yang mendahuluinya Luk 20:45-47 ditemukan suatu pesan yang rupanya hendak disampaikan oleh kedua teks ini, yakni sama-sama berbicara mengenai pengajaran Yesus tentang arti dan konsekwensi dari sebuah tindakan memberi. Kesamaan inilah yang membuat kedua teks tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain. Dan dari perbandingan Luk 21:1-4 dengan teks yang menyusulnya Luk 21:5-6 ditemukan pesan yang hendak disampaikan yaitu sama-sama membicarakan mengenai pengajaran Yesus kepada para murid. Kesamaan topik yang dibicarakan inilah yang menunjukkan hubungan keduanya.