Image of Tafsir Ritus Ga Kluo Kwar Weru Budaya Suku Karangora-Lembata dalam Terang Hermeneutik Filosofis Hans-Georg Gadamer

Text

Tafsir Ritus Ga Kluo Kwar Weru Budaya Suku Karangora-Lembata dalam Terang Hermeneutik Filosofis Hans-Georg Gadamer



Skripsi yang berjudul Tafsir Ritus Ga Kluo Kwar Weru Budaya Suku Karangora-Lembata dalam Terang Hermeneutik Filosofis Hans-Georg Gadamer memiliki fokus membicarakan makna kehidupan dari suku Karangora. Makna itu digali dalam tradisi ritus Ga Kluo Kwar Weru yang dilakukan oleh suku Karangora dalam setiap tahun. Ritus yang disebut sebagai ritus Ga Kluo Kwar Weru menyoal tentang upacara pengungkapan syukur suku Karangora kepada realitas yang diterima berupa panenan jagung dan padi sekaligus mengucapkan syukur kepada realitas tertinggi yakni Lera Wulan Tana Ekan. Kedua hal ini tidak bisa lepas dari konteks kehidupan suku Karangora. Sebagaimana tanaman jagung dan padi adalah anugerah yang diterima olah suku Karangora untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari dan realitas tertinggi atau Lera Wulan Tana Ekan adalah Dia yang senantiasa menyuburkan serta memberi hasil melimpah bagi tanaman jagung dan padi, sekaligus melindungi manusia suku Karangora. Tafsir yang penulis lakukan atas ritus Ga Kluo Kwar Weru adalah untuk menggali makna efek sejarah yang ada dalam ritus, bahasa yang digunakan dalam pelaksanaan ritus dan unsur estetika yang terkandung pada saat melaksanakan upacara ritus tersebut. Pisau tafsir yang penulis gunakan di sini adalah melalui pendekatan hermeneutik filosofis dari filsuf kontemporer abad ke-20, Hans-Georg Gadamer. Gagasan besar yang tertuang dalam hermeneutik filosofis Hans-Georg Gadamer kurang lebih membicarakan hal yang sama, misalkan membicarakan efek sejarah, bahasa, peleburan horizon-horizon, bildung dan estetika. Apa yang terlihat dalam ritus Ga Kluo Kwar Weru lalu penulis lakukan tafsir atasnya melalui pendekatan hermeneutik filosofis Gadamer, di sana akan ditemukan bahwa ritus ini merupakan hasil pemaknaan ulang yang dilakukan oleh suku Karangora pada saat ini atas suku Karangora pada zaman dahulu. Bahasa, ternyata bahasa yang digunakan adalah juga bahasa khas suku Karangora atau bahasa Karangora itu sendiri yang dipakai dalam percakapan sehari-hari kepada seluruh anggota suku Karangora, bahasa yang dipakai dalam upacara ritus dan bahasa itu dipakai untuk menceritakan sejarah-sejarah dari nenek-moyang (tutu’ ukut rara). Estetika, unsur seni atau keindahan yang ditampilkan dalam upacara ritus berupa kerja sama yang dilakukan oleh seluruh anggota suku Karangora untuk terlibat dan ambil bagian dalam menuntaskan pelaksanaan upacara ritus mulai dari awal hingga akhir. Adapun metode yang dipakai penulis dalam tulisan ini ialah suatu studi riset fenomenologis atas budaya suku Karangora sekaligus dipadu dengan studi hermeneutik filosofis dari Gadamerian. Informasi seputar ritus dari suku Karangora yang penulis dapatkan ialah melalui wawancara dengan kepala suku dari suku Karangora dan atas pembacaan dari beberapa sumber yang menulis tentang ritus Ga Kluo Kwar Weru. Sementara, studi tentang hermeneutik filosofis dari Gadamer, penulis lakukan atas dasar studi pustaka dari tulisan asli Gadamer dan para komentatornya.


Availability

17.042959.86 Tat tPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
959.86 Tat t
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xi + 153hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
959.86
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this