Image of Memahami Ritus Embob Jengea dalam Kebudayaan Dayak Wehea di Kabupaten Kutai Timur dalam Perspektif Koentjaraningrat (Tinjauan antropologis-filosofis)

Text

Memahami Ritus Embob Jengea dalam Kebudayaan Dayak Wehea di Kabupaten Kutai Timur dalam Perspektif Koentjaraningrat (Tinjauan antropologis-filosofis)



Fokus penulisan ini adalah memahami ritus Embob Jengea dalam kebudayaan dayak Wehea di Kabupaten Kutai Timur dalam perspektif Koentjaraningrat. Kebudayaan dayak umumnya sangat diidentikkan dengan masyarakat Kalimantan. Mereka percaya bahwa tanah yang mereka diami saat ini merupakan tanah warisan para leluhur dan karenanya harus dijaga supaya dapat pula diwariskan ke generasi selanjutnya. Salah satu kebudayaan tersebut berbicara seputar pertanian. Pertanian menjadi promotor hidup utama bagi masyarakat dayak. Tanah-tanah setempat dijadikan sebagai sumber kehidupan dengan mengadakan bercocok tanam sedemikian rupa. Tidak mengherankan, masyarakat dayak dapat disebutkan pula sebagai masyarakat agraris. Usaha untuk mengolah tanah dilakukan karena mereka menyadari betapa pentingnya kehadiran tanah bagi kelangsungan hidup. Tanah dalam hal ini bukan lagi sekadar pada tatanan indrawi saja namun lebih mendalam, sekarang sudah sampai pada pembatinan. Mereka pun melihat tanah sebagai sebuah instrumen spiritualitas. Penghayatan tersebut tidak berlangsung sekali saja, tetapi berlaku juga secara turun-temurun. Mereka mewariskannya dalam sebuah tradisi agraris atau tradisi tanah yang disebut dengan Embob Jengea, sebuah tradisi semua masyarakat dayak (khususnya dayak Apo Kayan) tentang panen. Mengenai hal tersebut, antropolog Indonesia (Koentjaraningrat) mengatakan bahwa sejatinya setiap tradisi mempunyai nilai serta maknanya masing-masing. Koentjaraningrat menegaskan pula nilai-nilai yang diwariskan dalam tradisi ini kemudian diterima serta diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Pemahaman tersebut kiranya juga berlaku di masyarakat dayak di mana mereka mewariskan tradisi mereka (dalam hal ini budaya Embob Jengea) sebagai sebuah unsur spiritualitas budaya yang mengandung nilai-nilai sosial seperti nilai kepemimpinan, nilai syukur dan penghormatan, nilai persaudaraan, serta nilai kesenian. Semua nilai tersebut terkandung dan dapat ditemukan di kebudayaan Embob Jengea. Dengan demikian dapatlah dikatakan perspektif kebudayaan menurut Koentjaraningrat ditemukan pula di kebudayaan Embob Jengea. Nilai-nilai yang ditawarkan di kebudayaan dayak sejatinya mengandung nilai-nilai yang begitu relevan bagi perkembangan kehidupan dewasa ini. Relevansinya lebih berkaitan soal jiwa dan jati diri manusia dalam menghadapi arus perubahan jaman yang sangat kompleks di masa sekarang ini. Embob Jengea mengedepankan nilai kehidupan dan nilai tersebut harus menjadi promotor atau penggerak seseorang dalam berperilaku seperti manusia yang manusiawi. Metodologi yang digunakan penulis dalam tulisannya adalah analisis kritis serta pembacaan pustaka praktis. Penulis secara garis besar berbicara soal budaya Embob Jengea dan kaitannya dalam perspektif budaya menurut Koentjaraningrat. Penulis sampai pada temuan bahwa nilai-nilai tradisi Embob Jengea sejatinya masih sangat relevan bagi perkembangan kehidupan dewasa ini. Semua nilai tersebut hendaknya pula diwariskan dari generasi ke generasi supaya setiap orang dapat mengenalinya dan menggali setiap khazanah kehidupan dari sana.


Availability

17.065959.84 Jon mPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
959.84 Jon m
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
x + 104hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
959.84
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this