Karya tulis ini berjudul Konsep Homo Sacer dalam Filsafat Politik Giorgio Agamben. Studi ini menaruh fokus pada konsep homo sacer yang diajukan oleh Giorgio Agamben, seorang filsuf kontemporer asal Italia. Penelitian ini hendak menggali latar belakang serta arti dari konsep homo sacer ini. Metodologi yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kualitatif dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini secara khusus dilakukan pada buku Giorgio Agamben berjudul Homo Sacer: Kekuasaan Berdaulat dan Kehidupan Telanjang (It: Homo Sacer: Il potere sovrano e la nuda vita, Ing: Homo Sacer: Sovereign Power and Bare Life) yang diterbitkan pada tahun 1995. Konsep homo sacer ini dilatarbelakangi oleh distingsi hidup manusia yang dilakukan Aristoteles. Pembagian ragam hidup hidup-politik dan hidup-alamiah ini memunculkan ragam hidup lain yakni hidup telanjang. Hidup manusia inipun dinilai tak terlepas dari paradoks kekuasaan berdaulat yang bekerja melalui tatanan biopolitik. Mekanisme kerja kekuasaan berdaulat ini menghasilkan figur politis hidup telanjang yang disebut Agamben sebagai homo sacer. Ia adalah figur yang dapat dibunuh kapanpun dan siapapun, tetapi si pembunuh memiliki impunitas. Secara politis, homo sacer adalah mereka yang termarjinalkan dalam tatanan politik. Hidup homo sacer menggantung di antara hidup politik dan hidup natural. Para homo sacer ini pun diproduksi oleh kedaulatan lewat penetapan keadaan darurat. Agamben menyebut situasi pemunculan homo sacer ini kamp konsentrasi. Pemikiran Agamben ini memberikan kontribusi filosofis yang menarik, tetapi juga tidak terlepas dari sasaran kritik karena narasi hiperbola yang dibangun Agamben. Temuan skripsi ini ada pada relevansi pemikiran homo sacer dalam situasi konkret Indonesia kini, yakni pada sistem biopolitik digital dan situasi darurat covid-19. Dalam kondisi demikian, hak-hak asasi warga negara yang dilanggar membuat status politis mereka menjadi homo sacer.