Dewasa ini, dunia terkesan lebih banyak dipenuhi oleh ketegaran hati hingga banyak individu memilih untuk menutup diri dan membiarkan diri tinggal di dalam dosa. Keadaan dunia yang terpuruk dalam dosa, menyebabkan manusia juga tinggal dalam lingkaran dosa, dan jauh dari rahmat Allah. Gereja melalui Ensiklik Dominum et Vivificantem mengajak dunia untuk menyadari kembali karya keselamatan Allah dan merefleksikan peranan Roh Kudus dalam menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman. Gereja juga tidak henti-hentinya memohon agar dunia menyadari kehadiran Roh Kudus yang meyakinkan mengenai dosa, mengenai kejahatan, untuk memulihkan apa yang baik dalam manusia dan dalam dunia. Roh Kudus berperan untuk memampukan manusia dalam mewartakan kabar sukacita dan keselamatan dari Allah serta menolong sesamanya. Roh Kudus membersihkan dunia dari segala sesuatu yang memperburuk manusia dan menyembuhkan luka-luka umat manusia yang paling mendalam, mengubah kekeringan batin manusia, serta mengubahnya menjadi ladang-ladang yang subur bagi rahmat dan kesucian. Ia menjadi kekuatan yang memampukan manusia untuk kembali berdamai dengan Allah. Apa yang keras dilembutkannya, apa yang dingin dihangatkannya, apa yang bengkok diluruskannya dalam jalan menuju keselamatan. Gereja dalam refleksinya terus melihat bahwa kehadiran Roh Kudus sebagai suatu sumber yang mempersatukan, yang berasal dari Alah sendiri. Dorongan-dorongan untuk memahami dan menyadari lebih jauh karya Roh Kudus ini kemudian memunculkan suatu refleksi. Gereja juga hendak menjawab kerinduan manusia dewasa ini untuk terus menggali dan menemukan Dia yang memberikan hidup kepada dunia. Dunia yang selalu berkembang juga menjadi tantangan bagi Gereja dalam mewartakan Roh yang merupakan kehadiran Allah Pemberi Hidup itu sendiri. Roh Kudus sebagai sumber yang tak kunjung habis hadir sebagai Dia yang menyelamatkan, di tengah dunia yang dapat dikatakan diliputi kegelapan dosa.