Sikap mendengarkan dan melayani adalah dua sikap yang berbeda namun saling melengkapi. Sikap mendengarkan dan melayani merupakan sebuah bukti bahwa manusia ingin menjalin relasi dengan sesamanya dan Tuhan. Sikap Mendengarkan dan melayani memiliki posisi yang sentral dalam kehidupan bermasyarakat maupun sendiri. Mendengarkan dan melayani tidak selalu memiliki arti yang bersifat jasmani tetapi juga bersifat rohani atau spiritual. Skripsi ini membahas sikap mendengarkan dan melayani yang ditunjukkan kepada tamu yaitu Yesus sendiri. Metodologi penelitian adalah metodologi analisis (konteks, bahasa, struktur dan cerita) dan refleksi teologis (pesan teologis dan relevansinya). Pendalaman dan analisis yang dikerjakan, penulis sampai pada penemuan bahwa kedua tindakan ini tidak salah, yang salah adalah sikap kuatir dengan banyak perkara tanpa menyadari apa yang penting saat Yesus hadir. Sikap kuatir dengan banyak perkara menunjukkan ketidaktenangan dan merasa dirinya tidak terpelihara. Penulis juga menemukan beberapa pesan teologis. Pertama, setiap orang dipanggil untuk mengasihi sesamanya tanpa pandang bulu. Panggilan ini merupakan suatu panggilan yang wajib dan bahkan merupakan keharusan dalam hidup terutama sebagai pengikut Kristus. Kedua, pilihan terkait dengan mendengarkan agar diselamatkan. Sikap mendengarkan sangat penting khususnya mendengarkan Tuhan lewat segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Kepekaan dalam mendengarkan sangat penting. Ketiga, ramah-tama (hospitalitas) sebagai bentuk atau model jawaban dari panggilan dan kasih kepada sesama. Hospitalitas harus menjadi sikap yang mendasari sikap mendengarkan dan melayani. Hospitalitas menjadi indentitas yang harus dimiliki oleh pengikut Kristus dalam melayani. Hospitalitas sangat penting sebab menjadi hal yang mendasar dalam menerima orang asing.