Fokus karya tulis ini adalah mengenai pengharapan akan penebusan bagi bangsa Israel yang ditawan di Babel yang diberikan oleh Allah melalui perantauan Nabi Yesaya. Sabda pengharapan ini terdapat dalam kitab Yesaya 43:1-7. Dalam sabda ini dikatakan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta yang membentuk, menebus dan menjamin keselamatan bagi bagsa Israel yang ditawan di Babel. Penebusan akan tetap terjadi karena Allah sungguh mencintai mereka meskipun mereka berdosa dan berpaling dari Allah. Allah menguji mereka dengan ditawan di Babel dan berharap agar bangsa mereka menyadari dosa-dosa dan mau bertobat. Allah menunjukkan diriNya sebagai Allah yang tegas dan pengampun, hal ini dilihat dari bagaimana cara Allah menebus bangsa Israel. Allah menjadikan bangsa Israel sangat berharga, mulia, dan selalu menyertai mereka dalam situasi apapun dan Allah sendiri mengatakan bahwa jangan takut sebab Aku menyertai engkau (Yes 43:1). Bangsa Israel diselamatkan supaya mereka menjadi berkat bagi semua bangsa melalui mereka semua bangsa akan melihat kemuliaan Tuhan. Walaupun secara historis tidak semua orang Yehuda kembali dari pembuangan, tetapi melalui yang kembali Tuhan akan memulai mega proyek penjangkauan seluruh bumi. Tuhan memilih mereka bukan karena mereka bangsa yang besar dan taat, melainkan karena Tuhan setia terhadap janji-Nya kepada nenek moyang mereka (Ul 7:7-9). Temuan dalam tulisan ini adalah manusia seharusnya tidak menyia-nyiakan kasih Allah dan selalu sadar bahwa dirinya ciptaan Allah dan akan kembali pada Allah. Dengan demikian manusia belajar dari pengalaman umat Israel agar tidak jatuh pada dosa yang sama yaitu dosa tidak mendengarkan Allah dan melakukan kehendak-Nya. Dalam situasi sekarang terlebih dalam situasi COVID-19 ini, perlu umat Kristiani terutama Gereja belajar menjadi saksi Allah dan menjadi jalan bagi sesama untuk sampai pada keselamatan yang dari Allah.