Fokus dari penelitian ini ialah menyoroti sekaligus menggali konsep manusia menurut adat Dayak Jalai dalam terang filsafat Ernst Cassirer. Dengan demikian, penggalian terkait data maupun lokalitas penelitian ini terpusat pada Suku Dayak Jalai, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Penelitian ini sejatinya berangkat dari kesadaran sekaligus kecintaan penulis terhadap nilai-nilai luhur dan makna hidup yang terkandung dalam adat istiadat. Selama ini nilai-nilai kearifan lokal itu sudah mulai ditinggalkan bahkan sudah dicampakkan akibat perkembangan dan kemajuan zaman. Karena itu, berangkat dari hal tersebut, maka penelitian ini berusaha menggali sekaligus mendokumentasikan nilai-nilai kearifan lokal secara khusus mengenai konsep manusia sebagai animal symbolicum sebagaimana diusung oleh Ernst Cassirer. Adapun metodologi yang digunakan ialah metode kualitatif lewat studi-studi kepustakaan dengan mengolah dan menganalisa data-data yang ada. Selain itu, untuk memperdalam dan menjamin keotentikan tulisan mengenai adat istiadat Suku Dayak Jalai ini diperoleh pula melalui wawancara mendalam dengan enam orang narasumber yaitu, Yakob Naus, Arun, Atong, Alik, Setil dan Rabasan. Keenam narasumber ini ialah para pemuka sekaligus tokoh adat yang sampai sekarang masih berperan aktif dalam kehidupan orang Dayak Jalai. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konsep manusia sebagai animal symbolicum sebagaimana diusung oleh Ernst Cassirer sejatinya meresap bahkan merasuk pula dalam kehidupan dan kebudayaan Suku Dayak Jalai itu sendiri. Kemampuan untuk mencipta sekaligus memaknai hidup lewat simbol-simbol dari setiap ritus, upacara maupun tradisi yang ada sejatinya menjadi kekhasan manusia sebagai makhluk simbolis itu sendiri. Persamaan antara pemikiran Ernst Cassirer dan orang Jalai ini terletak pada penemuan akan konsep simbol yang mana hal itu membedakan manusia dari binatang yang lainnya