Record Detail
Advanced SearchText
Liturgi dan HAM: Bukan Persembahan yang Aku minta, tapi Keadilan! [Buku: HAM Telaah Filosofis Teologis]
Tema yang disodorkan kepada penulis ialah hubungan antara ibadat dan keadilan, liturgi dan perjuangan untuk menegakkan hak asasi manusia. Apakah ada hubungan antara keduanya? Jelas ada. Mengapa? Karena kita rajin beribadat! Akan tetapi, apakah kita juga rajin memperjuangkan keadilan? apakah kita juga berjuang untuk menegakkan hak-hak asasi manusia? Itulah soalnya. Akan tetapi, persoalannya kiranya tidak berhenti di situ. Yang lebih penting lagi ialah melihat bagaimana hubungan antara keduanya. Makalah ini akan lebih memusatkan perhatianya pada soal itu. Lalu mengapa hal ini kita bicarakan dalam hari-hari studi yang arah dan semangat dasarnya bersifat praktis pastoral? Untuk apa dibicarakan? Punya nilai praktis pastoral? Perjuangan untuk menegakkan HAM di bumi Indonesia membutuhkan spiritualitas, membutuhkan roh (Roh) yang menjiwai dan mendorong orang untuk hidup dan melakukan sesuatu. Roh ini tidak berada di dalam otak, tetapi di dalam hati atau di dalam seluruh diri manusia. Karena Roh ini berada di dalam hati, orang itu bisa melakukan banyak hal. Hati adalah sumber hidup manusia, sumber kekuatan. Memang antara hati dan otak ada hubungan, tetapi kalau hanya berhenti di otak tidak ada sesuatupun yang bisa dihasilkan. Manusia yang berspiritualitas digenggam oleh Roh. Dia hidup dari Roh, dia hidup dari iman.
Availability
10660-B | 323 Riy h | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
Seri Filsafat Teologi Widya Sasana; Vol.10 No.Seri 9, 2001
|
---|---|
Call Number |
323 Riy h
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2001 |
Collation |
iv + 33-45hlm; 14x21cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
ISSN 1411-9005
|
Classification |
323
|
Content Type |
ARTIKEL
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available