Record Detail
Advanced SearchText
Klaim Kemutlakan, Konflik Sosial dan Reorientasi Keberagaman [Buku: Agama Kekerasan - Membongkar Eksklusivisme]
Apakah manusia beragama untuk berkoflik? Pertanyaan ini selalu muncul setiap kali terjadi pertentangan, kekerasan dan kerusuhan sosial yang melibatkan komunitas agama. Ada nuansa kegetiran dalam pertanyaan itu, karena seringnya agama tampil dalam wajah paradoks. Agama sebenarnya merupakan medium transendental, sekaligus profan, yang digunakan oleh Tuhan dan manusia untuk saling menyapa. Tuhan menyapa manusia melalui firman-Nya, dan melalui firman itu pula, manusia menyapa Tuhan. Dalam perspektif mitisisme, atau sufisme dalam Islam, proses saling menyapa itu terjadi, terjadi lebih mendalam lagi, yakni terjadi saling kemanunggalannya antara Tuhan dan manusia yang tidak dapat dikonstruksikan secara verbalistik atau tak terlukiskan (ineffability), seperti dinyatakan oleh William James. Dengan proses saling menyapa itu, dan bahkan kemanunggalan antara manusia dan Tuhan ke dalam, manusia selalu diharapkan berada dalam realitas primordialnya sebagai makhluk religius dan keluar, manusia selalu mengasah komitmen kemanusiaanya yang dibuktikan secara aktif terlibat dalam berbagai kerja kemanusiaan. Inilah cita-cita luhur yang terdapat pada semua agama.
Availability
10224-D | 230 Riy a | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
Seri Filsafat Teologi Widya Sasana; Vol.7
|
---|---|
Call Number |
230 Riy a
|
Publisher | Dioma : Malang., 2000 |
Collation |
iii + 46-52hlm; 14x21cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
ISSN 1411-9005
|
Classification |
230
|
Content Type |
ARTIKEL
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available