Teologi pengharapan Jurgen Moltmann meletakkan gagasan harapan sebagai dasar persahabatan. Mereka yang ingin hidup dalam persahabatan terbuka satu sama lain menemukan bahwa ketidak-mengertian atau kesalah-pahaman dapat mewarnai perjalanan persahabatan. Agar pengalaman persahabatan memiliki nilai keselamatan, orang perlu memiliki keberanian untuk berpaling atau mengarahkan pandangan kepada pengalaman Allah sendiri. Allah mengalami bahwa kerinduan-Nya berelasi dengan manusia terhalang oleh sikap manusia yang menolak rencana kasih-Nya. Pengalaman sengsara dan wafat Yesus adalah puncak dari penolakan untuk masuk ke dalam pengalaman kasih Allah. Serupa dengan hal tersebut, orang beriman hanya dapat membuka hati dan mengarahkan pandangan kepada sahabat mereka. Keterbukaan hati tersebut bersifat mengundang dan menunggu sampai saat ketika sahabat mereka memiliki keberanian untuk membuka diri mereka dalam sebuah pengalaman relasional yang menyelamatkan. Hingga saat itu, bagi orang-orang beriman, persahabatan dengan Tuhan menghibur dan menopang dalam setiap kekalahan atau penolakan. Tugas setiap orang Kristen adalah memfasilitasi dan memperbaiki relasi tersebut. Harapan Moltmannian menunjukkan bahwa hubungan antara Allah, Eskatologi dan harapan terwujud dalam komitmen untuk inklusivitas, pelayanan kepada mereka yang membutuhkan, peduli lingkungan dan kesetiaan kepada mereka yang miskin dan terpinggirkan.