Record Detail
Advanced SearchText
Fenomenologi Edmund Husserl untuk Membangun Kesadaran Orang Manggarai tentang Alam
Relasi fenomenologi terwujud ketika intensionalitas terjadi yakni saat subjek mengalami kepekaan memahami objek, dan objek terbuka untuk diketahui. Kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Inilah yang disebut dengan intensionalitas. Keterarahan atau terarah dalam hal ini sesungguhnya memiliki makna fiolosofis yang mendalam dalam kaitannya dengan kesadaran. Keterarahan mengandung makna keterlibatan dalam sebuah relasi. Artinya, ada hubungan timbal balik antara subjek yang menyadari dan objek yang disadari dan bukan yang lain di luar relasi ini. Relasi tersebut berlangsung dalam kesadaran yang secara esensial intensional. Di dalamnya ditampilkan persepsi yang merupakan sebuah kondisi/situasi fisik. Kenyataan tersebut mau menunjukkan bahwa intensionalitas merupakan akivitas mental subjek. Sesuatu yang disadari itu menjadikan subjek yang menyadari memiliki pemahaman yang utuh, entah tentang dirinya sendiri, maupun dengan objek yang disadari itu. Proses untuk mencapai kesadaran murni subjek akan sesuatu adalah Epoche (penundaan putusan). Artinya, proses tersebut merupakan suatu upaya melampaui pemahaman objek berdasarkan apa yang digagaskan sebelumnya oleh ilmu yang ada. Dalam epoche terdapat beberapa metode: reduksi fenomenologis yakni segala asumsi dan prasangka akan objek diletakkan dalam tanda kurung (bracketing), sehingga dapat masuk dalam alam kesadaran subjek. Reduksi Eidetis merupakan sebuah proses untuk mencapai hakekat dari sesuatu dengan bertitik tolak dari fakta konkret. Reduksi Transendental merupakan kesadaran murni subjek untuk melihat sebuah benda. Dengan demikian amatlah penting menggunakan metode tersebut untuk mencapai kesadaran murni subjek. Dalam kehidupan Orang Manggarai makna intensionalitas sungguh terasa dalam relasinya dengan alam. Orang Manggarai memiliki kesadaran yang mendalam akan alam. Alam selalu memenuhi kebutuhan hidup Orang Manggarai. Tanpa alam, Orang Manggarai akan mati. Bukan berarti Orang Manggarai memiliki ketergantungan yang tidak akan pernah puas. Tetapi relasi yang dibangun adalah relasi timbal balik. Artinya, Orang Manggarai membutuhkan alam demi keberlangsungan hidup. Kemudian, Orang Manggarai pada saat yang sama juga menjaga serta merawat kelestarian alam. Alam menyediakan keperluan dan kebutuhan jasmani untuk menunjang kehidupan manusia. Orang Manggarai mempertahankan hidup dengan mengolah alam. Dalam dan bersama alam manusia terus bergulat dengan upaya melangsungkan kehidupannya.
Availability
12.047 | 193 NAS f | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
193 NAS f
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2016 |
Collation |
vii + 85hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
193
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available