Record Detail
Advanced SearchText
Raja dan Imam (Sumbangsih kepemimpinan Jawa dalam Serat Astabrata bagi kepemimpinan imam)
Kepemimpinan iman dalam Gereja Katolik tertuju pada dua hal yakni pemimpin dalam peribadatan Gereja dan pemimpin dalam struktur organisasi Gereja. Tugas kepemimpinan merupakan suatu rahmat yang diterima melalui sakramen imamat. Melalui rahmat tahbisan yang diterimanya, para imam menjadi serupa dengan Yesus Kristus, Sang Kepala dan Gembala Gereja. Akan tetapi dalam kehidupan nyata di dunia saat ini tidak sedikit para imam yang sungguh-sungguh menyadari rahmat yang begitu besar dalam imamat-Nya sehingga tugas kepemimpinannya tersebut belum dapat terlaksana dengan baik. Seorang imam yang ideal hendaknya berusaha untuk meneladani pribadi Yesus Kristus sebagai gembala dan pelayan yang rela menyerahkan diriNya bagi umatNya. Hal ini sejalan dengan figur Wibisana dalam kisah Ramayana yang berpegang teguh pada ajaran Astabrata. Serat Astabrata adalah ajaran kepemimpinan yang berpegang pada delapan macam kebajikan yang menyerupai delapan karakter dewa yang disimbolkan dengan simbol-simbol alam seperti bumi (endra), mendung (kuwwera), bulan (candara), matahari (surya), angin (bayu), bintang (yama), samudra ( baruna) dan api (brama). Setiap simbol alam memiliki arti dan maknanya tersendiri. Dari karakter-karakter tersebut, menjadi dimensi kepemimpinan yang mengarahkan Wibisana untuk menjadi seorang raja atau pemimpin yang berwibawa. Dimensi-dimensi kepemimpinan yang dihidupi oleh Wibisana tersebut, dapat dicontoh bagi para imam saat ini dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Para imam adalah pribadi yang dipilih dan terlatih baik secara ketajaman intelektual, batin, dan rohani. Selain itu, para imam adalah pribadi dewasa yang mampu mengendalikan diri dan mengesampingkan kepentingan pribadi. Para imam juga dipandang sebagai pribadi yang berani menyuarakan suara kenabian atau kebenaran demi Gereja dan masyarakat. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam ajaran Astabrata tersebut akan mengarahkan para imam untuk menjadi pemimpin yang berwibawa seperti Kristus yang penuh karisma. Dialah Sang Kepala dan Gembala utama Gereja. Oleh karena itu, dengan belajar dari figur Wibisana dalam kisah Ramayana yang berpegang teguh pada ajaran Astabrata, para imam diharapkan dapat menjadi pemimpin berwibawa, yaitu pemimpin yang setia, taat, bijaksana dalam melaksanakan tugasnya, berkorban serta berani mengambil resiko atas sikap dan tindakannya. Dalam hal ini diwujudkan melalui keberanian untuk memperjuangkan kebaikan dan melawan ketidakadilan dalam Gereja dan masyarakat, seturut teladan Yesus Kristus sendiri. Dengan demikian, para imam sejauh menghadirkan Yesus Kristus Kepala dan Gembala dan bertindak In persona Christi maka mereka tidak hanya bertindak dalam lingkup Gereja tetapi mereka menjadi garda terdepan menyuarakan kebenaran di dunia kepada semua bangsa dan berani mengambil resiko atas suara dan tindakan kenabiannya. Bahkan seperti Kristus Sang Gembala yang berani mengorbankan diri-Nya bagi domba-domba-Nya, begitu pula para imam berani mempertaruhkan nyawanya demi Gereja dan kebenaran bagi seluruh umat manusia.
Availability
17.01009 | 181.16 Sus r | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
181.16 Sus r
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2020 |
Collation |
xiii + 135hlm; 21x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
181.16
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available