Manusia adalah aku yang berelasi dan aku yang berkomunikasi dengan engkau. Relasi manusia menjadi mungkin tidak hanya dengan engkau sesama tetapi juga dengan Engkau Allah. Inti yang paling dalam dari relasi antara manusia dengan sesamanya yaitu bahwa manusia memandang sesamanya sebagai diriku yang lain. Relasi manusia ini memuncak ketika dia memiliki kesadaran akan ke-aku-annya dan kesadaran akan Allah sebagai yang menyebabkan kepenuhan dalam dirinya. Dalam hal ini, manusia mau tidak mau harus menjalin relasi dengan Allah dan dengan sesamanya jika ingin memperoleh kepenuhan dirinya, dalam bahasa teologi kepenuhan diri disebut sebagai keselamatan. Manusia yang akan memperoleh kepenuhan diri atau keselamatan adalah mereka yang memiliki kedalaman relasi, keintiman dalam relasi dengan Allah dan dengan sesamanya. Hal inilah yang ditekankan oleh Yesus dalam Markus 3:31-35. Melalui pewartaan-Nya, Yesus menekankan arti penting dari relasi dengan Allah dan dengan sesama manusia. Relasi manusia haruslah dibangun di atas dasar kasih, kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia. Relasi macam inilah yang kemudian akan menghantar manusia kepada keselamatan dan kesatuan yang sempurna degan Allah. Yesus menyebut mereka yang demikian sebagai kaum keluarga-Nya: sebagai ibu dan saudara-saudara-Nya.rnRelasi yang intim dengan Allah sebagai ibu dan saudara-saudara Yesus, mewujud dalam kesediaan manusia untuk melakukan kehendak Allah dalam keseharian hidupnya, dalam relasinya dengan sesama dan lingkungannya.