Kalau saja Chairil Anwar membaca putiba itu, sekali lagi mungkin dia heran dan jengkel. Mengapa manusia di zaman now meras begitu kecil, tak berdaya dan tak tahun ke mana harus pergi? Tetapi mungkin juga merasa bangga, sebab di sanalah letak jiwa kepenyairan sejati. Seseorang sukses justru pada saat berani menghadapi yang terburuk, menatapnya dan menghayatinya dengan bijaksana. Tidak marah, bahkan tak punya rencana 'mencabik-cabik berjuta hati'. Mungkin perlu dicatat, berbagai penelitian di laboratorium, bermacam karya tulis berupa cerpen, puisi, novel dan esai bermunculan justru pada saat manusia dirundung hari-hari yang penuh huru hara.