Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia di zaman sekarang. Melalui pendidikan, manusia mampu menghasilkan penemuan-penemuan di berbagai bidang kehidupan yang sangat berguna bagi manusia di zaman sekarang. Dengan pendidikan juga, manusia dapat menilai suatu masalah dan serta mencari jalan keluar. Pendidikan juga menghantar manusia untuk hidup sesuai dengan etika dan norma yang berlaku. Proses pendidikan tentu membutuhkan lembaga sebagai sarana untuk menyalurkan ilmu-ilmu pengetahuan serta etika-etika dalam hidup. Lembaga yang paling besar dan sangat dikenal luas adalah sekolah. Di seluruh dunia, tentu ada sekolah. Masing-masing negara mempunyai kebijakan mengenai sekolah. Di Indonesia, ada lima tingkat sekolah. Tingkat pertama adalah Taman Kanak-kanak (TK), tingkat kedua adalah sekolah dasar (SD), tingkat ketiga adalah sekolah menengah tingkat pertama (SLTP) atau sekolah menengah pertama (SMP), tingkat keempat adalah sekolah menengah atas (SMA), dan tingkatan kelima adalah universitas atau perguruan tinggi. Ada dua bentuk sekolah, yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Selain itu, ada dua jenis sekolah menengah atas yaitu sekolah umum dan sekolah kejuruan. Berdasarkan daerah, ada dua istilah sekolah, yaitu sekolah kota dan sekolah desa. Apapun bentuk, jenis, dan ada di mana sekolah itu, yang terpenting adalah tujuan dari sekolah itu, yaitu memperdayakan dan mengembangkan daya pikir dan tingkah laku ke arah yang benar dan baik. Namun, kasus-kasus kejahatan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, tetapi membawa nama sekolah sudah bukan berita baru di Indonesia. Bullying, tawuran, pelecehan seksual, korupsi sering terjadi. Melihat realitas ini, banyak masyarakat yang menyangsikan peran sekolah. Mengapa kasus-kasus seperti ini justru terjadi di sebuah lembaga yang mengajarkan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak? Di mana letak kesalahannya? Ini menjadi sebuah refleksi yang mendalam.