Image of Ritus Da'de Suku Cepang Manggarai dalam Terang Pemikiran Mircea Eliade (Tinjauan antropologis-filosofis)

Text

Ritus Da'de Suku Cepang Manggarai dalam Terang Pemikiran Mircea Eliade (Tinjauan antropologis-filosofis)



Fokus tulisan ini adalah Ritus Da’de Suku Cepang Manggarai Dalam Terang Pemikiran Mircea Eliade (Tinjauan Antropologis-Filosofis). Ritus da’de merupakan sistem kepercayaan dari nenek moyang suku Cepang yang dihidupi hingga saat ini. Kepercayaan ini muncul dari kesadaran dan pengalaman nenek moyang suku Cepang akan realitas tertinggi yaitu Mori Kraeng. Mori Kraeng adalah asal dan tujuan dari semua yang ada. Mori Kraeng adalah pencipta sekaligus pemelihara dari alam semesta. Mori Kraeng menampakkan diri kepada manusia lewat simbol-simbol sakral. Ritus da’de adalah perayaan syukur sekaligus memohon berkat kepada Mori Kraeng. Pandangan masyarakat suku Cepang mengenai Mori Kraeng dalam ritus da’de analog dengan konsep simbolisme Mircea Eliade. Menurut Eliade Yang Kudus menampakkan diri kepada manusia lewat simbol-simbol sakral. Eliade menyebut peristiwa penampakan itu sebagai hierofani. Pengalaman hieorofany membangkitkan suatu perspektif yang unik dalam diri manusia religius tentang dunianya. Manusia religius memandang alam semesta memiliki nilai religius. Kesadaran ini muncul dari padangan bahwa Yang Kudus selalu terlibat dalam seluruh kehidupan manusia dan alam semesta. Kehadiran Yang Kudus dirayakan dalam ritus-ritus. Tujuan dari pelaksanaan ritus ini adalah penciptaan kembali dunia yang telah rusak akibat tindakkan manusia. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kepustakaan, studi terdahulu dan wawancara. Penulis melakukan studi pustaka dengan mendalami buku-buku sumber tentang konsep simbolisme dari Mircea Eliade. Penulis juga melakukan studi terdahulu yang membahas pemikiran Mircea Eliade, untuk mengetahui posisi dan kekhasan penulis dalam tulisan ini. Penulis melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yaitu para penutur adat dari suku Cepang tentang ritus da’de. Ritus Da’de dalam Terang Pemikiran Mircea Eliade memberikan beberapa nilai penting bagi kehidupan manusia sekarang ini. Nilai-nilai tersebut adalah nilai persatuan, nilai religius dan nilai ekologis. Nilai persatuan nampak dalam kerjasama, semangat gotong-royong. Nilai religius menyangkut kesadaran masyarakat suku Cepang akan kehadiran Mori Kraeng. Nilai ekologis nyata dalam sikap dan tindakan masyarakat suku Cepang untuk menghormati alam sebagai sesuatu yang sakral. Penulis juga melakukan kritik atas ritus da’de suku Cepang dan konsep simbolisme Mircea Eliade. Kritik atas ritus da’de misalnya ritus ini terkesan memakan banyak waktu dan menguras banyak ekonomi. Penulis melakukan kritik atas konsep simbolisme Mircea Eliade dengan teori kebudayaan Van Peursen. Menurut Van Peursen kebudayaan manusia berkembang dari tahap mistis sampai tahap fungsional. Mircea Eliade terlalu fokus pada tahap mistis yaitu tahap di mana manusia tetap menghargai alam sebagai sesuatu yang sakral. Manusia modern adalah manusia yang hidup pada tahap yang disebut oleh Van Peursen sebagai tahap fungsional. Relevansi ritus da’de menawarkan nilai-nilai penting bagi kehidupan manusia saat ini yaitu nilai persatuan dan nilai religius.


Availability

16.052959.86 Avi rPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
959.86 Avi r
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xi + 107hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
959.86
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this