Kerja merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Kerja tidak pernah bisa terlepas dari seluruh kehidupan manusia. Karena, melalui kerja manusia dapat memaknai hidupnya sebagai manusia yang berada dalam dunia. Maka dari itu perlu ada suatu nilai, yang harus dilihat oleh manusia dalam bekerja. Kerja jangan sampai membuat manusia kehilangan martabatnya. Ketika kerja membuat manusia kehilangan martabatnya, manusia jatuh pada perbudakan akan kerja. Orang akan bekerja untuk mengejar kekayaan dan mengorbankan orang lain dalam kehidupannya yang berada dalam dimensi sosial kemasyarakatan seperti paham kapitalis. Melihat polemik permasalahan sosial dunia yang begitu berkecamuk, Gereja sebagai suatu institusi iman angkat bicara. Gereja tidak tinggal diam, bukti nyata ialah dengan dikeluarkannya suatu ajaran resmi yaitu Ajaran Sosial Gereja (ASG). Salah satu dokumen ASG yang dikeluarkan Gereja ialah Ensiklik Laborem Exercens (15 September 1981). Ensiklik ini dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai sebuah respon atas persoalan sosial yang terjadi saat itu. Paus Yohanes Paulus II, melalui ensikliknya mengangkat tema kerja manusia dalam masyarakat modern. Laborem Exercens, mendasarkan pemikirannya pada martabat Manusia dan manusia sebagai subyek kerja. Laborem Exercens menekankan kepada dunia bahwa yang bekerja ialah seorang pribadi manusia. Menurut Paus, kerja merupakan panggilan manusia dalam rangka mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Untuk itu, maka Gereja bertugas untuk meminta perhatian semua orang pada martabat manusia dan hak mereka yang bekerja.