Disrupsi dan rekonstitusi tatanan sosial merupakan realitas yang terjadi di dalam masyarakat seiring dengan perkembangan teknologi. Dalam setiap revolusi industri hal ini selalu menjadi bagian yang tak terelakan. Revolusi mengakibatkan disrupsi. Disrupsi mendorong terjadinya pembaharuan dalam tatanan nilai masyarakat atau disebutnya dengan rekonstitusi tatanan sosial. Fukuyama melihat bahwa perubahan teknologi dan ekonomi tidak melulu positif tetapi memiliki sisi-sisi berbahaya dan harus diperhatikan dengan serius. Untuk menyikapi disrupsi Fukuyama mengendepankan modal sosial. Dengan menggunakan telaah kepustakaan, penulis merekonstruksikan pemikiran Fukuyama dan menemukan bahwa revolusi Industri 4.0 (IR4) memiliki pengaruh yang sama pentingnya dengan revolusi sebelum-sebelumnya. IR4 juga menghasilkan krisis-krisis nilai moral dan sosial bahkan sampai pada titik yang paling dangkal. Namun manusia adalah insan yang mampu memperbaharui kehidupannya sendiri. Fukuyama memiliki optimisme terhadap manusia. Dalam situasi disrupsi manusia akan mampu bangkit kembali dan menata kehidupan sosialnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Faktor yang mendukung pembaharuan itu adalah modal sosial. Pemikiran Fukuyama juga kontekstual untuk Indonesia. Indonesia juga mengalami krisis-krisis modal sosial, nilai moral, relasi sosial dan bahkan civil society-nya. Kebangkitan Indonesia ditentukan bagaimana manusianya rekonstitusi tatanan sosialnya secara mandiri, menguatkan nilai-nilai moral dalam keluarga dan masyarakat.