Image of Dialog Interreligius sebagai Bentuk Perutusan Gereja Menurut Redemptoris Missio Art. 55-57

Text

Dialog Interreligius sebagai Bentuk Perutusan Gereja Menurut Redemptoris Missio Art. 55-57



Gereja merupakan sakramen keselamatan. Sebagai sakramen keselamatan, Gereja diutus untuk mewartakan Kabar Gembira dan kabar keselamatan kepada dunia yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Tugas perutusan ini memiliki satu tujuan yakni melayani manusia dan menunjukkan kepada mereka cinta kasih Allah yang menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Tugas perutusan ini merupakan perintah yang diwariskan oleh Yesus sendiri. Salah satu bentuk perutusan Gereja dalam dunia adalah melalui dialog interreligius. Dalam dialog Gereja memberikan ketulusan dan mendorong untuk menyatakan secara terbuka tentang Yesus Kristus sebagai Penyelamat umat manusia. Dialog merupakan salah satu aktivitas Gereja untuk mewartakan Injil kepada umat beragama lain. Melalui dialog Gereja memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan karya penyelamatan-Nya kepada umat beragama lain. Gereja tidak melihat dan menganggap dirinya sebagai satu-satunya jalan keselamatan, tetapi jalan keselamatan itu dinyatakan juga dalam agama-agama lain. Sikap seperti inilah yang memungkinkan terjadinya dialog interreligius. Di tengah-tengah kemajemukan, dialog interreligius menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi umat beragama. Gereja dipanggil untuk mengadakan dialog dengan agama-agama lain. Dialog adalah salah satu bentuk lorong Gereja dalam mewartakan keselamatan kepada semua orang dan bangsa. Pemahaman Gereja mengenai dialog tidak bisa terlepas dari pemahaman tentang Yesus, Gereja, Keselamatan dan Kerajaan Allah. Ada beberapa bentuk dialog yaitu dialog kehidupan, dialog karya, dialog para ahli dan dialog pengalaman iman. Bagi Gereja bentuk-bentuk dialog ini bertujuan untuk mewartakan dan memperkenalkan iman kristiani kepada setiap orang yang dijumpainya. Dasar bagi Gereja untuk mengadakan dialog ialah kasih Allah, teladan Yesus Kristus dan karya Roh Kudus. Dialog interreligius memiliki kedudukan yang penting dalam tugas perutusan, yakni sebagai wujud kesaksian Gereja, misi evangelisasi Gereja, warta pertobatan dan usaha membangun Kerajaan Allah. Melalui dialog interreligius, Gereja berupaya mengakarkan iman kristiani secara mendalam, membangun persaudaraan antarumat beragama, membangun kerukunan dan saling menghormati, membangun solidaritas dan toleransi dan panggilan Gereja untuk mengasihi semua orang dalam dunia. Dengan berdialog Gereja membangun relasi yang positif dan konstruktif dengan agama-agama lain. Pada dasarnya, dialog interreligius memiliki nilai-nilai misioner, yakni mengundang orang bertanya lebih lanjut dan tertarik menyelami arti hidup kristiani, mengajak orang untuk terbuka terhadap nilai-nilai kebenaran kristiani, dan sebagai wujud berbagi pengalaman iman. Penulisan skripsi ini menggunakan metode studi pustaka. Sumber utama penulisan skripsi ini ialah Redemptoris Missio, Ensiklik tentang Amanat Misioner Gereja yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Selain menggunakan Ensiklik Redemptoris Missio sebagai sumber utama, penulis juga menggunakan sumber-sumber lain yang pemikirannya berkaitan erat dengan tema karya tulis ini, di antaranya Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II dan beberapa ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus.


Availability

16.002291.172 Ran dPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
291.172 Ran d
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
x + 92hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
291.172
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this