Record Detail
Advanced SearchText
Seruan Perdamaian Menurut John Henry Nouwen (Analisis kritis teoligis)
Perdamaian adalah keharusan bagi manusia. Sejak zaman dahulu sampai sekarang, masalah kemanusiaan terus terjadi baik penyerangan, kekerasan, dan bahkan pembunuhan. Keadaan demikian memaksa manusia untuk bertindak. Namun, tindakan yang dikehendaki bukan dilakukan dengan cara balas dendam, bukan dengan cara mengangkat senjata, dan bukan pula dengan cara membunuh tetapi dengan perdamaian tanpa senjata. Hanya dengan cara demikian, manusia mampu menyuarakan damai yang sebenarnya. Sehingga akhirnya, perjuangan perdamaian membuat hidup tetap berlangsung dan persahabatan tetap terjalin meski berada di tengah dunia yang sedang mengalami peperangan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan. Nouwen adalah salah satu pelaku damai. Latar belakang sebagai imam dan berbagai pengalaman berada bersama orang-orang yang menderita, korban perang, dan mereka yang terbunuh membuatnya merasa bahwa perdamaian adalah keharusan bagi dunia zaman ini. Awalnya, dia terlibat dalam kelompok perdamaian, dia pergi dari kota satu ke kota lain untuk berbicara dan mengajak orang menolak aksi pengembangan senjata nuklir dan menyuarakan perlawanan. Namun dalam perjalanan waktu terlebih berkat pengalaman keheningan dan persahabatan di biara Trapis dan komunitas L'Arche membuat Nouwen sadar akan panggilan sejati sebagai seorang pembawa damai. Perdamaian adalah bukan perbuatan manusia tetapi karunia istimewa dari Allah yang diterima melalui doa. Karena itu, seorang pembawa damai adalah seorang pendoa, sebab doa adalah awal, isi, dan puncak perdamaian. Nouwen menampilkan tiga spiritualitas perdamaian, yakni doa, perlawanan, dan persekutuan. Doa adalah sebuah sikap keluar dari dunia orang yang mencintai perang menuju rumah Allah. Perlawanan adalah sikap batin yang menolak semua bentuk kekerasan dan pembunuhan dan mengatakan 'ya' atas kehidupan. Persekutuan adalah persahabatan sejati antara manusia tanpa memperhatikan jenis kelamin, latar belakang ras, suku, maupun agama. Seorang pembawa damai adalah dia yang mengenal siapa dirinya, mengenal siapa sumbernya, dan mengenal siapa sesamanya. Dengan pengenalan diri, seorang pembawa damai tidak lagi mementingkan kebutuhan diri ketika bicara soal damai. Dengan pengenalan akan sumbernya, manusia tentu tidak akan mengalami ketakutan, kehilangan nyawanya dan juga tidak cemas ketika dihina, ditolak dan juga tidak berpuas diri ketika dipuji. Karena dia tahu bahwa sumbernya adalah Allah. Dengan pengenalan akan sesama, manusia hidup tidak lagi didasarkan pada sikap permusuhan, persaingan, dan pembinasaan tetapi berdasarkan sikap saling mengasihi sebagai saudara, sebagai manusia yang bernilai. Karena itu tujuan dari perdamaian adalah menghargai kehidupan secara keseluruhan. Ketika manusia mampu menghargai kehidupan diri dan sesama di saat yang sama, dia akan mampu membangun relasi dengan Allahnya.
Availability
16.008 | 248.4 Jen s | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
248.4 Jen s
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2020 |
Collation |
ix + 78hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
248.4
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available