Record Detail
Advanced SearchText
Teori Nilai Lebih Karl Marx (Refleksi kritis atas Teori Nilai dalam konteks perkembangan ekonomi perindustrian modern)
Manusia merupakan makhluk sosial. Hidup seorang manusia memiliki makna hanya ketika ia ada bersama yang lain. Ada bersama yang lain selalu mengandaikan adanya relasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Relasi sosial antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, bukanlah relasi yang sederhana. Relasi sosial antar manusia dalam kehidupan sosial merupakan relasi yang kompleks. Karena itu pembicaran tentang hubungan keseharian hidup sosial manusia selalu menarik untuk dibahas. Terlebih lagi karena kekompleksitasan itu, relasi sosial menjadi ladang refleksi dan tinjauan kritis yang tiada habis-habisnya. Bahkan ada banyak ilmu pengetahuan yang menjadikan relasi sosial sebagai objek materinya. Terlepas dari kekompleksitasan yang ada, hidup sosial atau relasi sosial ternyata telah menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat. Kelas-kelas sosial dalam masyarakat ini memiliki arah, tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan arah, tujuan dan kepentingan antara kelas tidak jarang menciptakan konflik dan persoalan-persoalan dalam masyarakat. Hidup dan perkembangan masyarakat kapitalis awali juga bersumber dan bertumpu pada sistem ekonomi yang terbagi dalam dua kelas sosial, yaitu kelas pemilik modal dan kelas pekerja. Karena itu, dalam sistem ekonomi kapitalis juga akan ditemukan konflik dan persoalan-persoalan antara kelas. Persoalan yang sungguh nyata dalam sistem ekonomi kapitalis ialah adanya ketidakadilan, penindasan, penghisapan, dan pemerasan yang dilakukan oleh kelas pemilik modal terhadap para pekerja. Untuk membuktikan adanya ketidakadilan, penindasan, penghisapan, dan pemerasan dalam tubuh sistem kapitalis Karl Marx kemudian mencetuskan teori nilai lebih. Melalui teorinya itu, Marx ingin menumbuhkan sikap kritis dari para pekerja. Dengan tumbuhnya sikap kritis terhadap apa yang sedang terjadi, maka para pekerja diharapkan tidak hanya duduk diam merenungi nasibnya, tetapi berani mengambil tindakan untuk melawan ketidakadilan sistem kapitalis. Sistem kapitalis yang tidak manusiawi harus segera diakhiri dan dimatikan.
Availability
12.023 | 193 BUL t | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
193 BUL t
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2016 |
Collation |
vii + 87hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
193
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available