Record Detail
Advanced SearchText
Filsafat Etika Politik Paul Ricoeur: Menyikapi Fenomena Ketidakadilan terhadap Liyan dalam Praktis Politik di Indonesia
Fokus dari tulisan ini adalah filsafat etika politik Paul Ricoeur. Penulis mengulasnya dengan metode kualitatif yang bersumber pada buku 'Oneself as Another'. Dalam buku tersebut Ricoeur mengulas mengenai etika politik. Etika politiknya dipahami sebagai 'hidup baik bersama dengan dan untuk yang lain dalam institusi-institusi yang adil'. Hidup baik bersama dengan orang lain menjadi tujuan utama dari etika dan moral. Ricoeur memadukan dua konsep ini dalam membangun filsafat etika politiknya. Ricoeur mendalami etika dari filsuf yang bernama Aristoteles, sedang moral dari Kant. Etika menurutnya tidak lain adalah seni hidup untuk menjadi baik. Hidup yang diwarnai dengan kedamaian, kesejahteraan dan kerukunan. Setiap orang mengusahakan agar tidak terjadi yang namanya kekacauan, ketidakadilan, diskriminasi, penfinahan dan tindakan dehumanisasi lainya. Itu berarti menjadi baik berada dalam ranah practical. Artinya kebaikan itu terletak pada tindakan dan perbutan manusia, ia tidak berada dalam ranah spekulasi. Namun pada kenyataannya manusia cendrung bertindak secara tidak manusiawi. Tindakan yang demikian didasarkan pada kepentingan pribadi. Akhir-akhir ini Indonesia sedang dilandasi dengan fenomena dehumanisasi tersebut yakni adanya fenomena ketidakadilan terhadap liyan. Liyan dipandang bukan sebagai subjek tetapi sebagai objek. Kedudukan liyan sebagai objek menunjukkan dekadensi etika moral dalam kehidupan praktis politik di Indonesia. Filsafat etika politik Ricoeur ini dikonstruksi melalui hermeneutika diri. Hermeneutika diri berbicara mengenai identitas self (idem dan ipse) dan liyan. Menurut Ricoeur self dan liyan berada dalam relasi ketergantungan. Artinya self sangat membutuhkan kehadiran liyan untuk mengaktualisasikan dirinya. Begitupun sebaliknya liyan sangat membutuhkan kehadiran self. Relasi ketergantungan ini menunjukkan bahwa self dan liyan tidak dapat berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan kodrat asali manusia sebagai mahkluk sosial. Relasi ketergantungan itu harus didasarkan pada etika. Mengapa didasarkan pada etika? Karena etikalah mengarahkan self dan liyan pada kebaikan bersama. Kebaikan bersama itulah yang menjadi tujuan dari relasi keduanya. Selain itu karena dalam diri self dan liyan ada identitas yang selalu berubah yakni identias ipse. Biasanya identitas ini menjadi sumber permasalahan dalam relasi self dan liyan. Misalnya saja ada perbedaan pendapat atau pandangan, karakter atau sikap. Agar perbedaan tidak menjadi permasalahan, maka sangatlah penting yang namanya etika. Etika yang mengatur sekaligus yang mengarahkan subjek pada kebaikan bersama atau bonum commune.
Availability
16.064 | 194 Rab f | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
194 Rab f
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2020 |
Collation |
xi + 131hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
194
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available