Image of Estetika Menurut Herbert Marcuse

Text

Estetika Menurut Herbert Marcuse



Estetika adalah cabang filsafat yang secara khusus berbicara tentang apa itu keindahan, menyelidiki prinsip-prinsip landasan seni dan pengalaman seni yakni penciptaan seni, penilaian atau refleksi atas karya seni. Secara historis diskursus mengenai estetika sebagai cabang filsafat yang otonom masih terhitung muda dibandingkan dengan cabang filsafat lainnya. Akan tetapi, sebenarnya pembahasan mengenai estetika ini sudah ada sejak zaman kuno, sejak zaman Plato, Aristoteles dan seterusnya. Hanya saja pembahasan yang spesifik tentang seni dan memasukan refleksi filosofis tentang seni dengan nama estetika, baru muncul dari mulut Alexander Gotlieb Baumgarten. Refleksi filosofis dari para pemikir tentang seni amat berbeda satu dengan yang lain. Setiap pemikir memiliki perspektif yang mencolok dan amat berbeda dengan lain. Ada yang memfokuskan diri pada dunia idea (Plato), ada yang terarah pada dunia fisik (Aristoteles), dan ada pula yang menekankan pada aspek pengalaman subjektif (Hume, Burke, Hutcheson, Shafttesbury). Bagi tokoh lain seperti Hegel, seni malah dilihat sebagai perwujudan Roh absolut dalam ruang dan waktu. Sementara itu, bagi pemikir lain seperti Schopenhauer dan Nietzshe, seni dilihat sebagai ekspresi emosi atau perasaan seniman.Lalu bagaimana dengan Herbert Marcuse? Bagi Marcuse seni ialah representasi atas kehidupan nyata sehari-hari. Bagi Marcuse, seni harus bertitik tolak dari kenyataan hidup sehari-hari. Realitas hidup sehari-hari, seperti: kekerasan, ketidakadilan, penindasan, korupsi, kekejaman, ratapan dan air mata, senang dan sedih, suka dan duka, cinta dan benci harus menjadi fokus dan objek refleksi seni. Bagi Marcuse, seni tidak boleh menjauh dari realita hidup sehari-hari. Seni tidak boleh dibuat untuk kepentingan kelompok tertentu. Seni tidak boleh dipakai hanya sebagai sarana untuk mendapatkan uang atau pun mengejar prestasi. Sebaliknya, seni harus bertitik tolak dari kenyataan hidup sehari-hari. Titik tolak pemikiran Marcuse tentang seni ialah realita akan adanya alienasi artistik. Alienasi artistik memaksudkan kenyataan di mana terjadi jurang pemisah antara karya seni dengan kenyataan hidup yang dialami masyarakat. Marcuse menyaksikan bahwa para seniman yang hidup pada zamannya hanya menghasilkan seni guna memenuhi kebutuhan atau sekadar mencari prestasi dan uang. Karya seni yang dihasilkan tidak mencerminkan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Sebagai akibat seni yang ditampilkan tidak lebih sebagai sarana penghiburan semata. Seni kehilangan daya kritis. Oleh karena itu, Marcuse mengusungkan tentang aspek kritis dan revolusioner seni. Bahwasannya seni harus bersifat kritis dan membawa orang pada pembebasan dan kebahagiaan. Itulah sebabnya dalam penjelasan tentang pendidikan estetis, Marcuse memberikan penegasan mengenai tujuan akhir yang dicapai yakni bahwa manusia harus menjadi tuan atas dirinya sendiri.


Availability

16.056194 Jel ePerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
194 Jel e
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xiv + 148hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
194
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this