Record Detail
Advanced SearchText
Konsep Hermeneutika Kritis Menurut Habermas dan Relevansinya untuk Diskursus Ruang Publik Indonesia
Hermeneutika Kritis Habermas merupakan suatu interpretasi kritis atas realitas sosial. Realitas sosial merupakan teks bagi hermeneutika. Realitas sosial memuat didalamnya interaksi antarindividu yang diperantarai bahasa. Bukan hanya bahasa lisan yang dapat diinterpretasi, tindakan dan pengalaman juga dapat menjadi bahasa. Tindakan dan pengalaman menjadi pengungkapan diri individu. Bahasa memuat didalamnya motif kekuasaan dan memuat kepentingan-kepentingan. Hermeneutika Kritis berusaha mengatasi distorsi komunikasi dalam interaksi sosial. Distorsi komunikasi merupakan keadaan di mana terjadi adanya kekacauan pemahaman didalam interaksi antar individu dalam masyarakat. Hermeneutika Kritis berbeda dari hermeneutika biasa (Schleiermacher sampai Gadamer) karena memiliki unsur kritis dalam aktifitas interpretasinya. Hermeneutika biasa bekerja dalam keadaan di mana teks tidak mengalami kerusakan. Hermeneutika Kritis menginterpretasi teks yang mengalami kerusakan. Hermeneutika Kritis mendapat penerapannya dalam realitas sosial. Realitas sosial merupakan realitas teks yang terdistorsi. Realitas sosial terdistorsi oleh berbagai kepentingan yang bersembunyi dalam kesadaran palsu individu-individu dalam masyarakat. Hermeneutika Kritis akan membawa masyarakat pada keadaan bebas dan rasional. Komunikasi menjadi cara kerja Hermeneutika Kritis. Paradigma komunikasi membantu masyarakat dapat memperoleh pemahaman. Pemahaman tersebut juga memungkinkan masyarakat menyadari dirinya yang berada dalam kondisi terdistorsi. Hermeneutika kritis dapat diterapkan di Indonesia. Indonesia sendiri menganut sistem demokrasi. Dalam Demokrasi, setiap warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi dalam ruang publik. Di Indonesia, ruang publik menjadi suatu persoalan yang sedang dihadapi. Ruang publik dipenuhi dengan dall-dalil ideologi doktrinal yang memprovokasi. Dalam konteks sosio-religius, kitab suci dan nilai-nilai agama ditafsir secara bebas dan terselubung kepentingan-kepentingan yang memprovokasi. Di sisi lain, media massa sebagai ruang publik dipenuhi dengan berbagai informasi palsu, yakni hoax. Hermeneutika Kritis dibutuhkan dalam konteks Indonesia. Komunikasi dapat membuat orang lebih rasional dalam menerima berbagai informasi yang diperoleh dari media massa. Ukuran suatu komunikasi yang hemeneutiks kritis adalah pengetahuan. Diskursus dalam ruang publik harus dilakukan secara bebas (emansipatif) dan rasional.
Availability
16.062 | 193 Bad k | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
193 Bad k
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2020 |
Collation |
xii + 100hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
193
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available