Record Detail
Advanced SearchText
Analisis Semiotik Budaya Tenda Masyarakat Manggarai dalam Terang Filsafat Charles Sanders Pierce
Budaya adalah cetusan kehadiran manusia. Manusia hadir dalam budaya di mana ia pertama kali hadir. Bahkan, manusia disambut pertama kali dalam ritus budaya sebelum adanya agama. Berhadapan dengan realitas tersebut, krisis kebudayaan tak bisa dibendungi lagi. Krisis kebudayaan ditandai ketika orang gagap dan kering berbicara perihal budaya lokal in se. Dalam kebudayaan Manggarai terdapat aneka kearifan lokal dalam bentuk filosofi hidup seperti tarian, lagu daerah, goet (ungkapan), dan musik tradisional. Semua bentuk budaya ini mengandung arti dan makna yang mendalam dalam membentuk karakter dan identitas masyarakat. Keprihatinan masa kini datang dari kaum muda Manggarai yang kurang menggeluti budayanya sendiri. Absennya kaum muda dari berbagai upacara adat mengakibatkan kaum muda gagap akan budayanya sendiri. Salah satu 'kegagalan' orang Manggarai dalam menanamkan warisan leluhur kepada kaum muda ialah tidak memberi kesempatan bagi anak-anak dan kaum remaja untuk ambil bagian dalam upacara adat. Salah satu warisan leluhur yang hampir punah dan tidak diketahui oleh generasi jaman ini adalah budaya tenda. Tenda merupakan ritus atau upacara untuk menyembuhkan penderitaan manusia. Penderitaan yang dimaksudkan bukan sekedar penderitaan fisik tetapi juga batin. Ada dua bentuk tenda yakni tenda one weki (tenda badan) dan tenda one uma (tenda di kebun). Upacara tenda ini dilakukan untuk menyembuhkan penderitaan. Pembahasan tentang tenda ini sangat relevan dalam kehidupan orang Manggarai terutama berhadapan dengan penderitaan yang tidak dapat dijelaskan dan disembuhkan secara medis. Masyarakat Manggarai meyakini penderitaan semacam itu hanya dapat disembuhkan melalui beberapa ritus adat dan salah satunya adalah tenda. Pelaksanaan upacara tenda ini hanya terbatas pada orang-orang yang berhubungan darah atau pada keluarga inti saja. Keluarga inti yang dimaksudkan adalah: pertama, antara saudara dan saudari kandung yang salah satunya mengalami penderitaan. Upacara tenda yang dilakukan adalah tenda one uma (tenda di kebun). Kedua, antara anak kandung saudara dan anak kandung saudari yang memiliki kesamaan atau berdekatan tanggal lahir. Upacara tenda yang dilakukan adalah tenda one weki (tenda di badan). Orang Manggarai meyakini bahwa apabila terjadi hal demikian hendaknya melakukan upacara tenda untuk menyembuhkan penderitaan. Budaya tenda ini dianalisis dengan menggunakan semiotika triadik dan mendialogkannya dengan epistemologi Charles Sanders Peirce.
Availability
16.054 | 144.3 Ndu a | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
144.3 Ndu a
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2020 |
Collation |
xi + 114hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
144.3
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available