Image of Ritus Reba sebagai Perayaan Kehidupan Manusia Ngadha (Tinjauan dari pemikiran Mircea Eliade dan refleksi teologisnya)

Text

Ritus Reba sebagai Perayaan Kehidupan Manusia Ngadha (Tinjauan dari pemikiran Mircea Eliade dan refleksi teologisnya)



Penulis meneliti ritus reba orang Ngadha yang sudah berabad-abad lamanya dipraktikkan oleh mereka. Ritus reba dilakukan setiap tahun dan merupakan perayaan tahun baru adat orang Ngadha. Sebagai perayaan tahun baru, nuansanya adalah perayaan syukur dan merupakan perayaan berkarakter religius. Ritus ini mengekspresikan rasa religiositas orang Ngadha itu sendiri. Melaluinya secara khas orang Ngadha mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Kudus yang telah memberi kehidupan melalui uwi (ubi) sebagai simbol santapan jasmani. Simbol ini mengungkapkan relasi dan pengakuan orang Ngadha akan adanya peran Yang Kudus dalam tata hidup harian mereka. Ungkapan bahasa dan simbol religius dalam ritus reba ini menyatakan bahwa orang Ngadha dan segala warisannya hingga kini yakin dan percaya akan suatu 'Realitas Tersembunyi' yang menguasai alam semesta beserta isinya. Dalam keseluruhan rangkaian ritus reba orang Ngadha melakukan pemujaan pada Yang Kudus, yang memperlihatkan relasi timbal balik antara manusia Ngadha dengan Yang Kudus dengan cara yang sakral dan dalam ruang dan waktu yang sakral. Penelitian penulis ini direfleksikan secara filosofis dalam kerangka gagasan antropologis Mircea Eliade. Eliade memiliki keyakinan dasar bahwa titik tolak pemikiran semua agama manusia baik dari yang paling primitif hingga yang paling tinggi dibentuk oleh sejumlah besar hierofani dan kesadaran akan yang sakral. Manusia menjadi manusia sebab ia dapat menangkap unsur dalam struktur kesadaran manusia. Kesadaran manusia akan yang sakral itu muncul ketika manusia berpenetrasi dengan keadaan sekitarnya (ruang, waktu dan alam) sebab melalui itulah yang sakral menampakkan diri. Pengalaman akan Yang Kudus yang menampakkan diri adalah pengalaman yang menggetarkan dan yang memikat, yang mengubah orientasi hidup manusia. Manusia terdorong untuk memilih Allah dan terus menerus berpaling kepadaNya. Melalui ritus manusia berusaha berpaling kepada Yang Kudus. Sebab ritus selalu dihubungkan dengan keyakinan akan kekuatan supernatural. Ritus adalah sarana yang dapat menyatukan antara yang sakral dan yang profan, antara manusia dan Yang Kudus. Saat ritus dilakukan manusia diantar keluar dari waktu kronologisnya dan masuk dalam situasi waktu kudus-waktu purbakala.


Availability

18.01019261.21 Dop rPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
261.21 Dop r
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
x + 124hlm; 21,5x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
261.21
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this