Record Detail
Advanced SearchText
Mardatu sebagai Tantangan Pastoral Gereja (Membangun kembali semangat pastoral di Stasi Pangambatan, Paroki Siborongborong - Sumatera Utara)
Setiap budaya tentu memiliki teologi lokal yang sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat yang ada di dalamnya. Praktik perdukunan menjadi salah satu fenomen yang masih sering dilakukan oleh umat Stasi St. Petrus Pangambatan, Paroki St. Kristoporus Siborongborong. Secara administratif, mereka menganut agama Katolik tetapi dalah hidup sehari-hari, mereka masih cenderung berlaku menurut pola hidup yang diterima dari teologi lokal. Ketika salah satu anggota keluarga mengalami sakit mendadak atau meninggal secara mendadak, mereka masih cenderung pergi kepada dukun (yang mereka sebut sebagai datu) untuk bertanya tentang asal usul penyakit atau penyebab kematian tersebut. Jawaban dari para datu sering menimbulkan kecurigaan satu sama lain dan bahkan menimbulkan perpecahan baik dalam keluarga, lingkungan masyarakat bahkan dalam lingkungan gereja. Keprihatinan inilah yang mendorong saya untuk menulis tesis ini dengan judul Mardatu sebagai Tantangan Pastoral Gereja (Membangun Kembali Semangat Pastoral di Stasi Pangambatan, Paroki Siborongborong-Sumatera Utara). Konsili Vatikan II dalam konstitusi tentang Gereja (Lumen Gentium Art.17) menekankan beberapa sifat Misioner Gereja, seperti; mengundang mereka yang mendengarnya kepada iman dan pengakuan iman, membebaskan mereka dari perbudakan kesesatan, menyehatkan, mengangkat dan menyempurnakan segala kebaikan yang tertaburkan dalam upacara dan kebudayaan para bangsa. Iman Katolik sudah diterima oleh umat di Stasi St. Petrus Pangambatan sejak 59 tahun silam dan mereka masih punya kecenderungan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin diterima dari nenek moyang mereka atau ajaran kepercayaan tradisional mereka. Lewat penelitian ini, saya ingin menggali kembali tentang siapa itu datu, kriteria seorang datu dan mengapa umat Stasi St. Petrus Pangambatan masih berinisiatif untuk pergi mardatu ketika mengalami masalah hidup? Bagaimana posisi batin mereka yang sudah mengimani ajaran Gereja Katolik tetapi masih percaya pada peran seorang datu? Apa yang sudah dan akan Gereja lakukan dalam menanggapi realita ini? Untuk menggali persoalan ini, saya mengadakan penelitian lapangan langsung ke Stasi St. Petrus Pangambatan, Paroki St. Kristoporus-Siborongborong. Penelitian saya lakukan lewat angket, wawancara mendalam dan juga pengalaman tinggal bersama mereka.
Availability
17.01022 | 253 Lum m | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
253 Lum m
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2019 |
Collation |
viii + 106hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
253
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available