Pandangan Paus Yohanes XXIII, sungguh benar dan secara tepat harus dikatakan bahwa kearifannya melihat jauh ke depan demi kesejahteraan Gereja, demikian yang disampaikan oleh Paus Paulus II dalam penyampaian Undang-Undang Disiplin Suci (Konstitusi Apostolik Sacrae Disciplinae Leges) sebagai Pengantar berlakunya Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici) yang diundangkan pada tanggal 25 Januari 1983, dan mulai berlaku untuk seluruh Gereja Katolik ritus latin sejak Minggu I Masa Adven pada tanggal 27 November 1983. Karya Agung dari hasil Konsili Vatikan II, oleh Paus Yohanes XXIII selaku Pemrakarsa Pembaharuan Kitab Hukum, untuk pertama kalinya mengawali dengan mengumumkan niatnya untuk meninjau kembali Himpunan Undang-undang Kanonik yang sedang berlaku, yang telah diundangkan pada hari raya Pentekosta tahun 1917. Maka haruslah dikatakan bahwa Kitab Hukum ini keluar dari cita-cita yang satu dan sama, yaitu memperbaharui hidup kristiani, dan dari cita-cita inilah terutama usaha Konsili norma-norma dan arahnya. Kitab Hukum, karena merupakan naskah legislatif utama Gereja yang bersandar pada warisan hukum dan perundangan Wahyu serta Tradisi, harus dipandang sebagai alat yang mutlak perlu agar terjagalah tatanan yang semestinya, baik dalam hidup pribadi maupun dalam hidup sosial serta dalam kegiatan Gereja itu sendiri. Sebab itu, di samping unsur-unsur fundamental yang menyangkut struktur hirarkis dan organis Gereja, baik yang ditetapkan oleh Pendiri Ilahi maupun yang berdasarkan tradisi para Rasul atau tradisi lain yang sudah sangat kuno, perlulah Kitab Hukum menetapkan beberapa aturan dan norma tindakan dan juga norma-norma pokok yang menyangkut pelaksanaan tritugas yang dipercayakan kepada Gereja itu sendiri.