Record Detail
Advanced SearchText
Reksa Pastoral Kaum Awam dalam Pelayanan Kerasulannya Kepada Para Pengungsi-Migran di Paroki St. Gabriel Nunukan Keuskupan Tanjung Selor
Kaum awam pada dasarnya memiliki peranan penting dalam pelayanan Gereja. Tempat dan peranan mereka dalam Gereja bukanlah suatu tambahan semata atau hanya sekedar melengkapi ruang kosong dalam suatu pelayanan, melainkan suatu anugerah panggilan yang telah diberikan Allah kepada setiap manusia, termasuk kaum awam dalam pejiarahan hidupnya. Konsili Vatika II secara istimewa menempatkan kaum awam sesuai dengan panggilan hidupnya. Pada dasarnya setiap orang telah menerima imamat umum dalam hidupnya. Hal inilah yang menjadikan mereka memiliki tanggung jawab dan tempat dalam Gereja untuk melayani sesama, terutama yang menderita melalui karya kerasulannya. Melalui semua ini sudah selayaknya kaum awam disebut sebagai harta berharga Gereja. Hal ini tampak dalam dan melalui cara hidupnya yang khas (sekular), yaitu hidup di tengah dunia. Melalui cara hidup mereka yang khas, kaum awam memikul peranan yang penting bagi Gereja yang menghadirkan Yesus di tengah dunia. Kaum awam pada dasarnya dituntut untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja, namun dalam hidup sehari-hari kaum awam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan kata lain kaum awam menjadi garam dan terang dunia, merealisasikan iman mereka dalam hidup sehari-hari dengan perjumpaan dengan yang lain.rnDewasa ini berkembang isu hangat arus para pengungsi yang terjadi di pelbagai tempat karena beragam faktor yang menjadi penyebabnya. Fenomena ini seperti ini juga terjadi di Paroki St. Gabriel Nunukan Keuskupan Tanjung Selor. Para pengungsi dengan segala kondisinya terkadang ditolak, dilecehkan, dikucilkan dan bahkan tidak diperlakukan secara manusiawi. Hak dan martabat mereka dirampas oleh orang-orang yang mengutamakan kepentingan pribadi. Mereka tidak memiliki tempat tinggal, hidup mereka terlunta-lunta dan mengharapkan bantuan dari orang lain. Melalui definisi ini kita melihat bahwa para pengungsi tidak dapat membela keberadaan dirinya di tengah masyarakat lokal. Mereka membutuhkan bantuan dari pelbagai pihak, setidaknya dapat meringankan beban yang mereka pikul selama menjadi pengungsi atau orang asing. Melihat, merasakan dan mengetahui penderitaan para pengungsi ini, tidak pantas Gereja berpangku tangan dan diam dalam zona aman hidup ideologinya. Maka dari itu dalam hal ini peranan kaum awam melalui pelayanan kerasulannya dipanggil dan ikut terlibat dalam mengatasi persoalan para pengungsi. setidaknya merangkul dan menerima mereka dengan segala persoalannya. Sekiranya kehadiran kaum awam di tengah mereka, menghadirkan Yesus yang hadir di tengah orang yang menderita, sekaligus menyambut Yesus yang juga hadir di tengah para pengungsi. Melalui karya kerasulan suatu paroki dan melibatkan kaum awam, sudah selayaknya kita sebagai pengikut Kristus menerima para pengungsi-migran yang akan terus terjadi sepanjang perjalanan sejarah hidup ini.
Availability
14.053 | 253 Mar r | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
253 Mar r
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2018 |
Collation |
vii + 74hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
253
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available