Record Detail
Advanced SearchText
Otoritas Anak Manusia Atas Hukum Sabat (Analisis Teks-Tafsiran-Refleksi Teologis atas Markus 2:23-28)
Skripsi yang berjudul ini merupakan buah refleksi atas realitas dunia hidup harian manusia terutama dalam konteks hukum. Penelitian dan penulisan skripsi ini menggunakan metode analisis teks dan kepustakaan. Skripsi ini dibagi dalam tujuh bab dari pendahuluan, analisis teks (konteks, bahasa, cerita), tafsiran (uraian isi), refleksi teologis (yang juga memuat relevansi), dan penutup. Skripsi ini menyajikan sebuah refleksi atas situasi ketertindasan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks formalisme dan legalisme hukum. Dunia hidup manusia sering diwarnai oleh terkungkungnya kebebasan manusia, tereksploitasinya nila-nilai manusiawi, dan terpampangnya semangat penindasan. Semua itu dilakukan atas nama hukum formal yang dibuat oleh manusia yang berkuasa. Formalisme dan legaslisme yang disertai dengan produk dan praktik hukum yang diskriminatif dan menindas sering dalam perjalanan hidup harian manusia. Nilai-nilai kemanusiaan seringkali tergerus demi ketaatan pada hukum. Hukum bukan lagi sarana tetapi seoalh-olah sebagai dewa yang disembah. Dalam konteks dunia seperti ini, Yesus memproklamirkan nilai-nilai kemanusiaan dan keselamatan yang jauh melampaui segala tata aturan atau institusi hukum formal yang ada. Yesus melawan sistem yang menindas dan membelenggu manusia. Yesus mengakui pentingnya sistem hukum. Hukum suci kaum Israel adalah anugerah Allah. Namun, penafsiran sempit kaum Farisi yang menjurus pada tindakan merugikan kemanusiaanlah yang ditentang Yesus. Hukum formal pada hakikatnya diciptakan demi kepentingan manusia semata. Dengan demikian, produk dan praktik hukum hendaknya mengabdi manusia, artinya berorientasi pada nilai-nilai fundamental hidup manusia, yaitu keselamatan, kebebasan, dan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Hukum hendaknya tidak ditafsirkan secara sempit yang mengarah ke semangat legalistik dan formalisitik belaka yang pada akhirnya justru menindas manusia.rnPenafsiran dan penegasanan otoritas Yesus atas Hukum Sabat ini hendak menegaskan hakikat hukum itu sebagai sarana untuk mengabdi kepentingan dan keselamatan manusia. Inilah yang dimaksud Allah ketika Dia menetapkan Sabat itu. Keselamatan dan kebebasa manusia itu pulalah yang menjadi misi Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah, sehingga segenap tata hukum yang ada harus disesuaikan dengan misi kesalamatan-Nya itu.
Availability
10.000016 | 226.307 Man o | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
226.307 MAN o
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2014 |
Collation |
ix + 104hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
226.307
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available