Record Detail
Advanced SearchText
Pesta Komuni Pertama Masyarakat Sikka
Kebudayaan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Nilai-nilai sosial dan etika yang muncul dalam kehidupan pun tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan antara manusia dan budaya. Keadaan tersebut kemudian melahirkan pranata-pranata yang berkembang menjadi kebiasaan di dalam sebuah wilayah tertentu. Namun, perlu digaribawahi bahwa setiap daerah mempunyai kebudayaan dan kebiasaanya sendiri. Jika melihat fakta yang ada tersebut, maka kehadiran Gereja di dalam sebuah daerah pun tidak serta merta mampu mengubah atau bahkan menghapus suatu kebudayaan yang telah lahir bersama masyarakat. Salah satu contohnya ialah budaya pesta komuni pertama masyarakat Sikka. Tradisi pesta ini telah menjadi turun menurun yang diadakan oleh masyarakat Sikka sejak dahulu. Hal ini tidak lepas dari kebiasaan masyarakat yang kerap kali mensyukuri segala sesuatu dengan cara berpesta. Acara yang diadakan pun sangat meriah dengan dana yang sangat berlimpah. Maka dari itu, tidak heran jikan banyak kalangan yang mengatakan bahwa budaya pesta tersebut memiliki kesan hedonisme. Anggaran yang dikeluarkan pun sangatlah besar bisa mencapai seratus juta, sedangkan pemasukan yang diterima kerap kali jauh dari pada yang dikeluarkan. Namun bagi masyarakat Sikka apa yang diadakan tersebut tidak dipandang sebagi sebuah hal yang merugikan, karena di samping mengadakan pesta komuni pertama, acara tersebut juga dijadikan sebagai sarana berkumpulnya keluarga baik yang jauh maupun yang dekat. Budaya pesta komuni pertama memang cenderung membawa kesan negatif bagi Gereja, namun bagi masyarakat asli Sikka acara tersebut merupakan sebuah ungkapan syukur atas anugerah penerimaan sakramen ekaristi. Perbedaan pandangan tersebut kerap kali menimbulkan konflik yang berkepanjangan sampai saat ini. Gereja berpandangan bahwa pesta komuni pertama yang selalu diadakan dengan cara yang berlebihan hanya akan memiskinkan masyarakat. Namun, lepas dari semua hal tersebut inkulturasi menjadi jalan akhir untuk mendamaikan kedua pandangan tersebut. Pesta komuni pertama tetap diberikan tempat bagi masyarakat namun dengan memperhatikan berbagai hal yang telah ditentukan atau disepakati secara bersama. Kebijakan yang diambil oleh Gereja pun saat ini pada umumnya diterima dengan baik oleh masyarakat Sikka. Dengan demikian antara kebudayaan dan Gereja pun terjalin sebuah dialog inkulturasi.
Availability
13.042 | 261.21 Anu p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
261.21 Anu p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2018 |
Collation |
viii + 84hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
261.21
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available