Bila kita sepakat bahwa kebudayaan adalah proses manusia yang dengan kemampuan budi dan kebeningan nurani merajut jagat wawasan pemahaman sebagai sikap terhadap kenyataan yang dengan pemahaman itu mau menjelasi realita dan mengambil posisi di satu pihak lalu menjadi jagat pemaknaan. Dan di lain pihak kebudayaan merupakan rajutan wawasan pegangan yang diambil dari pemahaman makna realitas yang dikembangkan menjadi bagian pijakan sikap tingkah laku dalam menghayati hidup dalam realitas itu, maka kebudayaan ini dilihat sebagai potensi-potensi (kemampuan-kemampuan) kreatif manusia. Di sinilah proses kebudayaan bisa dinilai terangkat menjadi proses peradaban karena parameter sumbangannya bagi keadaban kemanusiaan. Dan ketika proses peradaban selalu dipacu dalam wujud-wujud konkret atau eksplisitasi potensi-potensinya baik yang kognitif (ilmu) yang tampil dalam bahasa iptek; potensi evaluatif yang muncul dalam bahasa penyejahteraan lahir batin dalam agama-agama dan etika; maupun potensi ekspresif dalam bahasa-bahasa seni sastra, lukis, teater, film untuk semakin diluaskannya ruang-ruang hidup manusia.