Hidup manusia tidak pernah lepas dari cobaan. Cobaan selalu datang silih berganti dalam hidup manusia. Terkadang datang cobaan yang begitu ringan hingga tak terlalu membutuhkan usaha yang berarti untuk menghadapinya. Sebaliknya, terkadang pula datang cobaan berat yang tak tertahankan. Bahkan, ada pula godaan yang datang begitu halus hingga membuat manusia tak sadar bahwa dirinya sudah jatuh dalam pencobaan tersebut. Dalam pembaptisan, umat beriman telah diangkat menjadi anak-anak Allah dan masuk dalam himpunan anggota Gereja yang hidup. Namun, rahmat Allah yang luar biasa ini sama sekali tidak membebaskan warga Gereja dari percobaan yang harus dihadapi di dunia. Yesus sendiri, Sang Anak Tunggal Allah, memberi teladan bagi kaum beriman bahwa sebagai Anak Allah pun Ia tetap dicobai oleh Iblis. Dalam Injil kisah pencobaan Yesus ini rupanya dianggap penting oleh para pengarang injil sinoptik sehingga masing-masing pengarang injil sinoptik menuliskan kisah pencobaan Yesus ini dalam ciri khasnya masing-masing. Ketika membaca kisah ini, orang barangkali akan keheranan dan bertanya, Mengapa sampai Yesus pun dicobai oleh iblis? Tidakkah Yesus mempunyai kekuatan untuk mengusir Iblis, sehingga Ia tak perlu dicobai olehnya? Pertanyaan demi pertanyaan akan semakin banyak bermunculan ketika kita membaca bahwa Roh Kudus sendirilah yang membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis. Hal ini sungguh membingungkan. Apakah Roh Kudus memang sengaja menghendaki agar Yesus dicobai? Tentulah ada alasan-alasan mendasar mengapa hal ini terjadi. Di lain pihak, bagi sebagian orang lain, yang mungkin sedang mengalami pencobaan, kisah ini justru dapat memberikan penghiburan tersendiri karena kisah ini membuktikan bahwa mereka tidak sendirian. Yesus, Anak Allah yang hidup, juga pernah dicobai seperti mereka.