Antologi ini terbagi dalam dua bagian, yang entah menggunakan pertimbangan apa. Pembabakan Siti Surabaya yang dimulai dengan Indische dan ditutup dengan Montase Kota Mati mengesankan alur bacaan yang bisa dibaca utuh sebagai sebuah urut-urutan yang saling sambung. Begitu pula dengan Kisah Para Pendatang seperti diceritakan seorang tokoh tunggal dalam lanskap panggung dengan durasi keseharian. Ini kesimpulan sepintas dari pembacaan sekilas antologi ini sebagai sebuah buku. Sebagai partikel-partikel puitik, pembacaan akan butuh keseksamaan yang rumit dan pembandingan yang sepadan dari referensi-referensi yang sekiranya berguna. Karena membaca puisi membutuhkan wawasan pendahuluan agar tidak jatuh ke dalam bentuk penggampangan hedonistik.