Para penyair sufi bukan saja pelopor kebangkitan sastra nasional di negeri mereka masing-masing, namun juga sekaligus pelopor kebangkitan bahasa-bahasa dunia Islam, seperti tampak pada penulis Persia, Arab, Turki, Urdu, Hindi, Melayu dan Lain-lain. Kedudukan mereka sebagai pelopor sastra dan bahasa nasional negerinya itu sejajar dengan peran dan kedudukan para penyair Eropa sesudah renaisan yang pada umumnya juga punya hubungan dengan mistisisme. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para penyair sufi ini bukan saja merupakan penghubung antara tradisi keagamaan dan tradisi sastra, namun juga sebagai penghubung antara semangat keagamaan dan semangat pencarian identitas nasional, yang merupakan bagian dari semangat pencarian diri, suatu hal yang sentral dalam sejarah sufi.