Record Detail
Advanced SearchText
Pangan Dalam Orde Baru
Saya pernah menyaksikan antrian panjang orang-orang yang ingin memperoleh bahan pokok di Taskhen, sebelum Uni Soviet pecah. Terlihat, barang-barangnya sudah habis, namun antriannya masih panjang. Mungkin, hingga sekarang rakyat Rusia tetap harus antri untuk memperoleh kebutuhan pokoknya, terutama pangan.rnHal yang sama pernah saya saksikan di Burma (sekarang Myanmar). Pencatuan semacam itu mengingatkan saya pada masa Orde Lama. Untuk mendapatkan beras, minyak tanah, minyak goreng, gula pasir dan beberapa kebutuhan pokok lainnya rakyat harus antri, dan itu pun dengan jatah yang sangat terbatas. Kita pantas bersyukur, karena apa yang kini masih dialami rakyat di banyak negara lain, sudah menjadi masa lalu bagi bangsa Indonesia. Repelita I yang dimulai sejak April 1969 menandai babak baru dalam kebijaksanaan pangan di Indonesia. Masa pahit setelah mengalami krisis pangan (beras) pada awal Orde Baru, tahun 1967, mengisyaratkan peranan penting dalam kebijaksanaan stabilisasi secara keseluruhan. Beras merupakan bahan konsumsi utama dan mempunyai bobot yang tinggi dalam indeks biaya hidup masyarakat. Kebijaksanaan pangan dalam pemerintahan Orde Baru itu bukan saja menjamin tersedianya stok yang cukup dan stabilitas harga, akan tetapi kemudian membawa Indonesia yang semula dikenal sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia mampu berswasembada pada tahun 1984.
Availability
7299 | 338.1 Ari p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
338.1 Ari p
|
Publisher | Koperasi Jasa Informasi : Jakarta., 1994 |
Collation |
xxvii + 399hlm: 14,5x22cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
338.1
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
Cetakan 2
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available