Panggilan menjadi formator adalah warisan rohani yang diberikan Vinsensius kepada para anggota CM. Panggilan Vinsensius menjadi formator ini berawal dari aneka kegagalannya dalam meraih ambisi pribadinya dan oleh pengalaman pahit dalam hidupnya. Proses formasio ini terus berlanjut ketika ia menjalankan tugas-tugas imamat bersama dengan orang-orang sederhana di paroki-paroki. Berkat bimbingan rohani dari para pembimbingnya, Vinsensius mengubah orientasi hidupnya dari mencari ambisi pribadinya menjadi mencari Kehendak Allah. Proses formasio ini mendapat bentuknya yang semakin jelas ketika Vinsensius berjumpa dengan realita kemiskinan rohani dan jasmani orang-orang di pedesaan. Kemiskinan ini diperparah dengan kemerosotan hidup rohani para imam yang sangat parah. Perjumpaan dengan realita kemiskinan ini memanggil Vinsensius untuk terlibat dalam karya pembinaan para awam dan para imam. Perjumpaan dengan realita kemiskinan ini mendorong Vinsensius untuk memenuhi janjinya untuk membaktikan hidupnya sepenuhnya bagi pelayanan kepada kaum miskin. Keterlibatan Vinsensius dalam karya formasio ini tampak dalam karya kerasulan yang dilakukan sepanjang hidupnya. Karya Misi Umat, karya cinta kasih, karya pembinaan calon imam dan imam, karya dalam pembinaan para imam CM dan suster Puteri kasih, karya sebagai pembimbing rohani, dan karya dalam Dewan Hati Nurani adalah contoh keterlibatan Vinsensius dalam formasio. Ia bukan hanya mengumpulkan dan menggerakkan orang untuk melakukan pelayanan kepada orang miskin, melainkan membina mereka dalam karya pelayanan itu.