Kini kita sedang menanggungkan zaman kapitalisme multi nasional (atau transnasional). Aparatus-aparatus negara menjadi lembaga kadaluwarsa yang tak lagi mampu menghalangi perusahaan untuk berpindah-pindah ke mana saja dan menangguk laba. Para politisi, ekonom, berikut ilmuwan sosial, hampir di semua belahan bumi percaya bahwa memang inilah saatnya globalisasi pasar dan perdagangan dunia. Dunia modal dan korporasinya semakin congkak dan merajalela karena merasa mendapatkan pengabsahan. Mereka lupa dan tidak memperhitungkan betapa besar negara telah membiayai infrastruktur ekonomi, betapa besar konsekuensi biaya kesehatan, kerusakan lingkungan, dan biaya sosial yang harus ditanggungkan bagian dunia lain dunia ketiga serta generasi yang akan datang. Mereka lupa akan jumlah investasi, hibah, serta dana masyarakat lain yang mereka terima, termasuk di dalamnya utang pembangunan dari negara-negara donor yang terbeban pada masyarakat. Teori-teori alternatif harus diajukan dan dikembangkan untuk melawan ketidakadilan dan penindasan global itu.