Record Detail
Advanced SearchText
The Master Strategist: Kekuasaan, Tujuan, dan Prinsip
Cukupkah kita mengandalkan Sun Tzu dan Karl von Clausewitz untuk mengatasi persoalan yang dihadapi manusia saat ini? Yang patut kita pikirkan, sebelum menjawab pertanyaan itu, ialah karena Sun Tzu berasal dari abad ke-5 Sebelum Masehi. Clausewitz memang berasal dari masa yang lebih dekat, abad ke-19, tapi dunia telah berubah sangat cepat dan perubahan itu telah membentuk-ulang dunia. Lagi pula, pemikiran keduanya seperti juga buah pikir Machiavelli (abad ke-11) dan Miyamoto Mushashi (abad ke-17) berakar dari konflik militer sehingga bias dalam bidang ini. Jadi, apa yang ditawarkan oleh Ketan J. Patel dalam The Master Strategist? Dengan beranjak dari premis bahwa pemikiran strategis yang baik adalah yang memiliki pandangan luas atas kehidupan dan dunia, Patel mengajak kita mencermati lebih dulu fenomena yang membentuk dunia saat ini. Perubahan yang terus berlangsung sesungguhnya mencerminkan usaha yang terus-menerus oleh manusia untuk mengatasi penghalang. Hasilnya antara lain lautan informasi, kemudahan dan kecepatan komunikasi, hancurnya siklus waktu, serta runtuhnya batas jarak. Keterhubungan masyarakat dunia melalui sistem global menjadi tak terhindarkan. Kreativitas muncul dari setiap sudut dunia, yang ditandai oleh meningkatnya penemuan dengan mengikuti deret ukur. Di sisi lain, Patel mengingatkan bangkitnya ideologi dan dan kekuatan laten yang sangat besar, yang siap menghancurkan lawan dengan kapasitas destruktif yang begitu ekstrem. Patel mengingatkan, masing-masing fenomena ini berada di antara dua ekstrem yang kontradiktif, bagai mata uang yang sama dengan dua sisinya yang saling bertarung. Ketika kita mencapai penemuan sains dan teknologi yang menjulang, kita dihadapkan pada penggunaannya untuk tujuan penghancuran massal. Perubahan yang berlangsung cepat ini adalah peluang bagi perbaikan nasib manusia, tapi sekaligus menakutkan lantaran bahaya yang menyertainya. Dalam dunia yang seperti ini, tepatkah menggunakan strategi ala Clausewitz? Di mata Patel, banyak strategi yang diterapkan untuk mengatasi persoalan dunia saat ini pada dasarnya lemah. Misalnya, terlalu mengandalkan kekuatan degan metode utamanya strategi bersaing. Kita berfokus pada yang hendak kita kalahkan: persaingan militer, persaingan perusahaan, persaingan pribadi. Metode ini membawa kita kembali kepada kebodohan masa lalu, dan membuat kita bersaing memperebutkan aset dan sumber daya. Strategi, dalam pandangan Patel, bukan perkara yang eksklusif di tangan segelintir orang yang duduk di pemerintahan, lembaga kajian, atau bagian tertentu perusahaan. Sebagian besar doktrin strategis modern, kata Patel, gagal menyertakan individu dan tujuannya dalam sebuah kerangka strategis. Lantaran itulah, jalur-jalur strategis masa depan harus menempatkan individu pada posisi yang penting sebab, strategi pada dasarnya berbicara tentang rahasia kehidupan.
Availability
15625 | 658.401 Pat m | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
658.401 Pat m
|
Publisher | Esensi : Jakarta., 2009 |
Collation |
xii + 219hlm; 14 x 21,5 cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
978-979-075-071-5
|
Classification |
658.401
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available