Manusia adalah makhluk yang berbudi sekaligus berbahasa. Dengan bahasa, manusia mengada di tengah dan bersama yang lain. Karya ilmiah berkaitan dengan bahasa yakni tradisi sastra nelayan Lamalera, yang dituangkan oleh Yoseph Arakie Ulanaga Bruno Dasion dalam buku Pakeng Moe, Lamalera (Karena Engkau, Lamalera). Nelayan Lamalera sangat mewarisi budaya sastra lisan. Sastra lisan dinyanyikan pada saat menjalankan tradisi tena laja, ola nue. Sesungguhnya PML berkaitan dengan filosofi nelayan Lamalera yang terdapat dalam tradisi tena laja, ola nue. Tradisi tersebut menjadi identitas dan poros dari setiap komponen kehidupan di Lamalera. Dengan kata lain, tena laja, ola nue adalah hidup dan kehidupan itu sendiri. PML berpusat pada tena laja, ola nue. Puisi PML merepresentasikan nilai keutamaan yang sudah lama ada di Lamalera yakni cinta. Cinta dalam kehidupan itu dirajut banyak jiwa di dalam ruang nelayan Lamalera. Cinta kasih dalam PML ini dilihat dari perspektif Deus Caritas Est. Cinta kasih dalam DCE memiliki kesamaan dalam unsur pembentuk cinta. Cinta dalam PML lahir dari sebuah proses pengalaman yang dialami penyair dalam kehidupan, dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun dalam relasinya dengan alam. Cinta dalam PML lahir dari kebersamaan dengan orangtuanya. Cinta ini kemudian diungkapkan Bruno Dasion dalam beberapa puisinya. Cinta yang lahir pertama dari keluarga menumbuhkembangkan unsur cinta yang lain seperti unsur communio, relasional, pengorbanan dan tanggung jawab.