Eksistensialisme sangat meminati dirinya sendiri. Eksistensialisme menegaskan suatu jaman yang mengangungkan dirinya sendiri. Narsisme menjadi kata kunci bagi suatu jaman yang menjadikan dirinya sendiri sebagai idola yang dikaguminya. Manusia mengagumi kemolekannya sendiri, pesona dirinya sendiri, keagungan dan keanggunan dirinya sendiri. Narsisme berubah menjadi tragedi, karena dalam narsisme-nya dia justru seringkali menemukan dirinya dalam kondisi terlempar ke dalam Ada-nya. Aneka ironi yang mengherankan: kekaguman dan pesona akan dirinya sendiri sekaligus sinisme dan sarkatisme terhadap eksistensi dirinya; sanjungan atas ada-nya namun sekaligus membuka kenyataan akan ketiadaan-nya; lompatan iman yang memberi harapan sekaligus keterlemparan dan keterasingan yang nihilistik; kebebasan sekaligus takdir yang diakibatkan oleh kebebasan itu sendiri.