PULAU Tarakan, sebuah pulau kecil di Kalimantan Timur di ujung utara Selat Makassar, sejak dulu terkenal sebagai pundi emas karena hasil minyaknya. Keberadaan industri minyak ini pula yang menjadi salah satu pemicu terjadinya Perang Pasifik. Namun sejarah pertempuran Tarakan ini terabaikan. Kajian Perang Pasifik selama ini berkisar tentang penyerbuan Pearl Harbor, perebutan Iwo Jima, kembalinya MacArthur ke Filipina, hingga bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Dengan literatur dan dokumentasi yang sangat terbatas penulis menggali dan menuturkan sejarah Pulau Tarakan, lokasi pertama di Kepulauan Nusantara yang didarati Jepang. Pembekuan aset serta embargo yang dilakukan Amerika dan Sekutu terhadap Jepang pada tahun 1940 menyebabkan Jepang harus menguasai sumber alam di Asia Tenggara terutama minyak di Kepulauan Indonesia agar roda perekonomiannya terus berputar. Sebulan setelah menyerang Pearl Harbor tepatnya 11 Januari 1942 Jepang menyerbu sumber minyak di Pulau Tarakan. Melalui serangan udara sekitar 15.000 serdadu Jepang mendarat di Tarakan dan dalam waktu tiga hari berhasil merebut Tarakan dari tangan Belanda. Serangan Jepang itu pun membuka pintu bagi keruntuhan penjajahan Belanda di Indonesia. Setelah Jepang menguasai Selat Makassar yang posisinya strategis praktis jalur bantuan Sekutu dari Australia ke Filipina dan Hongkong terputus. Namun situasi tersebut tidak bertahan lama karena tahun 1943 dukungan lebih banyak diarahkan untuk kubu AS-Sekutu. Satu per satu wilayah yang direbut Jepang dikuasai kembali oleh pihak Barat termasuk Tarakan yang pada tanggal 1 Mei 1945 dibumihanguskan oleh Australia.