Korupsi merupakan salah satu faktor penghambat bagi perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia. Hak ekonomi, politik, dan kebudayaan masyarakat, terutama masyarakat kecil, tidak dapat terpenuhi karena dana negara dikorupsi. Pendekatan hukum telah diambil untuk menghukum para koruptor tetapi tidak efektif; jangkauannya sangat terbatas pada pelaku korupsi; dan tidak berefek jangka panjang. Karena itu, pendekatan baru untuk melengkapi pendekatan hukum perlu ada. Ciri pendekatan baru itu mesti bersifat preventif, berjangkauan luas dan berefek jangka panjang. Pendekatan baru itu berupa perbaikan moral melalui pendidikan. Pendidikan moral diusahakan sedemikian rupa sehingga orang tidak hanya tahu tentang moralitas, tetapi juga menginternalisasi pengetahuan moral mereka harus dijadikan inti dari pembentukan keutamaan-keutamaan bangsa Indonesia. Dalam bidang filsafat moral, pembentukan keutamaan-keutamaan merupakan bidang garap dari etika keutamaan. Etika keutamaan memberi tahu bagaimana beralih dari manusia-seadanya (potensi) ke manusia-seandainya-ia-merealisasikan-kodrat-hakikinya (aktus) sebagai manusia; bagaimana menjadi manusia berkeutamaan; menjadi pribadi yang mampu melaksanakan perannya sebagai manusia dengan baik; manusia yang dapat mencapai tujuan internalnya yaitu hidup baik atau kebahagiaan. Sayangnya di samping tujuan besar ini etika tidak menyediakan sebuah cetak biru lengkap tentang bagaimana manusia harus hidup. Bidangnya tidak teknis melainkan refleksif.