Buku Inspiring Prophetic Leader memberi gambaran tentang sifat kepemimpinan yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, terutama pada masa-masa awal perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia yang begitu sulit dan penuh keprihatinan. Sri Sultan telah memberikan keteladanan melalui kepemimpinannya. Beliau telah menunjukkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin itu bertindak berdasarkan kecerdasan dan semangat spiritual. Parni Hadi, selaku editor menyebut kepemimpinan kenabian (prophetic leadership) sangat diperlukan oleh bangsa ini sebagai genre kepemimpinan baru. Kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sangat luar biasa. Beliau sama sekali tidak menginginkan jabatan politik yang lebih tinggi di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia. Pada awal kemerdekaan, setelah tidak begitu sejalannya pemikiran Bung Karno dan Bung Hatta dalam mengisi kemerdekaan, beberapa kali beliau ditawari menduduki jabatan Wakil Presiden, tetapi selalu ditolak dengan halus. Padahal, kontribusi Sultan Hamengkubuwono IX sangat berarti pada awal kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai gambaran ketika itu, Sri Sultan Hamengkubowono IX atas nama kesultanan Yogyakarta, memberikan sumbangan hingga 6 (enam) juta Gulden bagi Republik Indonesia yang baru merdeka. Sebagai sebuah wilayah yang mandiri pada zaman Belanda, sesungguhnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX memilki hak untuk tidak menjadi bagian dari Indonesia. Jauh sebelum adanya kemerdekaan Republik Indonesia, keberadaan kesultanan Yogyakarta telah diakui oleh Belanda dan bahkan dalam pergaulan antar bangsa yang lebih luas. Namun dengan segala kerendahan hati dan kerelaannya, Sultan hamengkubuwono IX lebih memilih bergabung dengan Republik Indonesia. Itulah di antara beberapa sifat kepemimpinan beliau. Prophetic Leader. Memimpin dengan sifat kenabian.