Allah dimuliakan dengan cara mengagungkan manusia. Kalimat tersebut memiliki arti bahwa pengagungan Allah harus diwujudkan dengan cara menghargai manusia. Dewasa ini, banyak orang mengakui dirinya beragama tetapi sering menindas, mengeksploitasi sesamanya. Dewasa ini pula, manusia memiliki kecenderungan meraih kemakmuran, dan hal itu diwujudkan dengan menghalalkan segala cara yaitu dengan cara mengorbankan sesamanya dan sikap tersebut cenderung dipraktekkan oleh pengusaha. Di Indonesia, saat ini, fenomena budaya ekonomisme terlihat jelas dalam diri pengusaha yang memiliki kecenderungan untuk mempraktekkan pekerja kontrak, bahkan pekerja tetap diusahakan agar berubah menjadi pekerja kontrak. Pekerja kontrak adalah pekerja yang bekerja dalam kurun waktu tertentu (PKWT). Dalam UUK No.13 tahun 2003, dikatakan bahwa karakter pekerja kontrak sebagai berikut: pertama, perjanjian yang dibuat sekali selesai yang didasarkan atas selesainya perkerjaan tertentu atau bersifat sementara di mana harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai. Jika kondisi perkerjaan tertentu belum dapat diselesaikan, maka dapat dilakukan pembaruan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dengan masa tenggang 30 hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Kedua, pekerjaan yang bersifat musiman merupakan pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung dari musim atau cuaca dan ini hanya dapat dilakukan pada satu jenis pekerjaan pada musim tertentu, termasuk pekerjaan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu. Ketiga, pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan yang masih dalam tahap penjajakan. Keempat, pekerjaan harian lepas merupakan pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan yang upahnya didasarkan pada kehadiran dan waktu kerjanya kurang dari 21 hari dalam satu bulan.