Liturgi merupakan puncak yang dituju kegiatan Gereja, dan serta merta sumber segala daya kekuatannya. Ekaristi adalah pusat dari segala kegiatan liturgi tersebut. Dengan demikian Ekaristi bagaikan sumber yang mengalirkan rahmat Tuhan kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus. Ekaristi sebagai puncak dan sumber kehidupan merupakan kegiatan yang tak terlepas dari kegiatan dan kehidupan sehari-hari. Dalam perayaan Ekaristi kita merayakan kurban Yesus dalam perjamuan dan kurban di salib, di mana Yesus memberikan diri-Nya sendiri bagi umat. Di sini dipahami bahwa Ekaristi bukanlah peristiwa ataupun suatu upacara biasa. Yesus sendiri jugalah yang meminta kita untuk merayakan Ekaristi sebagai kenangan lebih dari yang diharapkan, umat datang pun asal atau datang ngepas dan kurang berpartisipasi secara sadar dan aktif. Ekaristi adalah misteri untuk diimani. Hal ini dasar dari iman kita di mana Yesus memberikan diri-Nya untuk manusia. Pemberian diri Yesus ini merupakan tanda kasih Allah kepada manusia. Iman ini harus menjadi dasar kita untuk menjadikan Ekaristi sebagai misteri yang dirayakan. Ekaristi sebagai misteri yang dirayakan menuntut suatu sikap batin dan partisipasi yang sadar dan aktif. Sikap batin dan partisipasi sadar dan aktif ini mempunyai arti bukan sekedar tindakan lahiriah semata tetapi juga didasari kesadaran dalam merayakan Ekaristi. Akhirnya Ekaristi sebagai misteri yang dihayati. Penghayatan di sini sekali lagi menuntut adanya iman dan sikap batin dan partisipasi sehingga menghasilkan buah yang akan dibawa sebagai bekal dalam kehidupan. Apabila kita mengamati realitas dan yang seharusnya kurang cocok terjadi dikarenakan pemahaman akan Ekaristi kurang dan juga pembinaan dan pendampingan akan penghayatan spiritualitas Ekaristis dari Gereja kurang. Untuk dapat meminimalkan kenyataan yang terjadi tersebut penulis memberikan usulan pembuatan modul katekese tentang Ekaristi yang berisikan makna teologis simbol-simbol dsb. dari Ekaristi.